Selasa, 28 Februari 2012

Neonatus

1.1 Bayi Baru Lahir Normal

- Adalah bayi yang lahir dengan berat badan 2500 – 3500 gram

- Bayi aktif

- Bunyi jantung pada menit pertama 180 x/menit

- Bunyi jantung turun 140 – 120 x/menit pada bayi berumur 30 menit

- Pernapasan 80 x/menit pada menit pertama disertai pernapasan caping hidung retraksi supersernl dan interkostal serta merintih hanya berlangsung 10 – 15 menit

- Bayi tertidur 4 jam, mudah terangsang dengan frekuensi jantung meningkat, keluar lendir dari mulut

- Setelah peristiwa ditas keadaan dan bayi mulai stabil daya isap dan reflek teratur

Bayi Normal

- Keadan umum : Bayi kemerah – merahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik, suhu tubuh 36-370C

- Suhu diukur setiap hari

- Berat badan ditimbang setiap hari, tiga hari pertama berat badan turun 10%, pada hari keempat berat badan naik. Berat badan turun karena : bayi mengeluarkan kencing dan mekonium dalam 24 jam , 2-3 hari, pada hari ke 4 – 5 tinja berwarna coklat kehijauan, selanjutnya warna tinja tergantung susu, defekasi 3 – 8 x/hari

- Air kencing

1.2. Bayi Baru Lahir Bermasalah

- Bercak Mongol

- Hemangioma

- Ikterik

- Muntah dan Gumoh

- Oral Trust

- Diaper Trust

- Darmatitis Seborea

- Bisulan (Furunkel)

- Milliriasis

- Diare

- Obstipasi

- Infeksi

- Bayi meninggal mendadak

1.3. Kelainan-kelainan pada bayi baru lahir

- Labiokizis dan Labiopalatokiziz

- Atresia Esophagus

- Atresia Rekti dan Anus

- Hischprung

- Obstruksi Billiaris Usus

- Omfalokel

- Hernia Diafragmatika

- Atresia Deodeni dan Esophagus

- Meningokel dan Ensifalokel

- Hidrosefalus dan Anensephalus

- Fimosis

- Kelainan Metabolik dan Endokrin

1.4. Trauma pada bayi baru lahir

- Caput Suksedenum

- Chefalhematom

- Trauma Pada Bracialpalsy

- Faktur Klavikula dan Fraktur Humerus

1.5. Neonatus beresiko tinggi

- BBLR

- Asfiksia Neonatorum

- Sindrom Gangguan Pernafasan

- Ikterus

- Perdarahan Tali Pusat

- Kejang

- Hipotermia

- Hipertermia

- Hipoglikemi

- Tetanus Neonatorum

- Penyakit yang Dideria Ibu Selama Kehamilan

1.6. Kegawat daruratan

- Kejang

- Gangguan nafas

- Hipotermia

- Ikterus

- Gangguan salur cerna

- Diare

- BBLR

1.7.Neonatus, Bayi, Balita, dengan Penyakit Yang Lazim Terjadi

- Kaput Suksedeneum

- Molase

- Bercak mongol

- Hemangioma

- Pseudomenorhe

- Akriosianosis

- Milia

2.1. Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir

1. Perubahan sistem pernapasan

a. Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas bayi

- Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim akan merangsang pusat pernapasan

- Tekanan rongga dada: BBLR pertama kali bernafas 30 detik

- Janin cukup bulan mengandung 80 -100cc cairan, 1/3 cairan keluar dan di ganti dengan cairan

b. Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:

- Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

- Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama, alveolus berfungsi apa bila ada surfaktan, yang terbentuk pada kehamilan 20-34 minggu. Apabila tidak ada surfaktan maka akan kolaps

2. Perubahan sistem peredaran darah

Darah Bayi baru lahir harus melewati paru-paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi keseluruh tubuh untuk mengantarkan oksigen kejaringan sehingga terjadi penutupan voramen ovale, penutupan duktus arteriosus, kegagalan merupakan situasi yang mengancam jiwa di perburuk dengan hipotermi

3. Perubahan sistem pengaturan suhu

- Bayi Baru Lahir tidak dapat mengatur suhu tubuhnya dengan baik

- Bayi mengalami stress

- Suhu dingin mengakibatkan air ketuban menguap sehingga mendinginkan darah bayi

- Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan hasil penggunaan lemak coklat

- Bayi kedinginan: Hipoglikemi, Hipoksia dan Asidodis akan meminimalkan kehilangan panas pada bayi yang sangat penting. Bayi ditempaykan [ada suhu 250C akan kehilangan 200 kkal / kg /ml dan bayi bisa membentuk 100kkal /kg /BB /ml jika ditempatkan pada suhu 20C /mnt

4. Perubahan metabolisme glukosa

- Untuk memfungsikan otak bayi memerlukan glukosa

- Pada bayi baru lahir glukosa darah turun dalam waktu cepat 1 - 2 jam.

- Glukosa tali pusat normal: 65 mg / 100 ml dan akan turun menjadi 50 mg / 100 ml dalam waktu 2 jam

- Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR dan ibu dengan DM

- Koreksi penurunan gula darah dengan cara

a. Melalui penggunaan ASI

b. Melalui penggunaan cadangan glucosa

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

d. Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan jumlah yang cukup

e. Bayi baru lahir akan membuat glukosa dari glikogen

f. Gejala hipoglikemi: tidak khas, kejang, slasiosis, apneu, tangis lemah, letargi lunglai dan menolak makanan

g. Hipoglikemi bisa tanpa gejala awal, sebab jangka panjang kerusakan yang meluas di seluruh sel otak

5. Perubahan sistem gastrointestinal

- Janin cukup bulan mulai menghisap dan menelan

- Reflek gumoh dan batuk sudah terbentuk saat lahir

- Kemampuan BBL untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas

- Hubungan antara esopagus bawah dan lambung belum sempurna (gumoh)

- Kapasitas lambung 30cc untuk BBL cukup bulan

- Usus bayi belum matang sehingga tidak mampu malindungi diri dari zat berbahaya kolon

- Pada BBL kurang efisien dalam mempertahankan air sehingga penyakit diare lebih sering terjadi pada neonatus

6. Perubahan sistem kekebalan tubuh

- Sistem imunitas BBL belum matang

- Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan yang alamia maupun di dapat

- Contoh kekebalan alami:

a. Perlindungan oleh kulit membran mukosa

b.Fungsi jaringan saluran nafas

c. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

- Kekebalan di dapat muncul kemudian, BBL dengan kekebalan pasif banyak mengandung virus dalam tubuh ibunya

2.2. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi adalah untuk mencegah masuknya mikroorganisme di dalam tubuh dengan cara sebagai berikut:

- Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi dan setelah BAB dan BAK

- Jaga tali pusat bayi selalu dalam keadaan bersih dan letakkan popok di bawah tali pusat

- Jika pusar kotor cuci dan basuh dengan air bersih dengan sabun

- Lapor bidan bila ada perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak bersih dan bau busuk

- Jaga kebersihan payudarah, puting tidak boleh di sabun

- Muka, pantat dan pusar bayi perlu di bersihkan dengan air bersih, hangat dan sabun tiap hari (bayi tidak perlu mandi seluruh tubuh tiap hari)

- Jaga bayi dari orang yang menderita infeksi TBC, Hepatitis

- Pastikan siapapun yang memegang bayi sudah cuci tangan

2.5. Rawat Gabung

Rawat gabung adalah rooming in yaitu sistim perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam 1 unit. Dalam pelaksanaannya bayi terus selalu disamping ibu.

Tujuan Rawat Gabung

· Bantuan Emosional

- Ibu sering melihat, mendengar tangis bayi, dapat membelai, mencium.

- Bayi akan mendapat kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu (bounding effect).

· Penggunaan ASI

ASI makanan terbaik untuk bayi, melalui rangsangan isapan bayi maka bayi akan menndapatkan colostrum.

· Pencegahan Infeksi

Colostrum mencegah infeksi saluran cerna (diare) dan infeksi silang antar bayi dapat dihindari.

· Pendidikan Kesehatan

Mempelajari tekhnik menyusui dan kebutuhan gizi ibu selama menyusui, cara memandikan bayi, perawatan tali pusat, dan perawatan payudara.

Pelaksanaan Rawat Gabung

Pelaksanaan Rawat Gabung dapat dilakukan di poliklinik kabidanan dengan cara memberikan penyuluhan, di kamar bersalin, di ruang perawatan dan bayi diletakkan di tempat tidur secara terpisah, diruang follow-up untuk menimbang berat badan, mengecek keadaan ASI, memberikan makanan bayi, pemeriksaaan bayi oleh dokter anak dan pemberian imunisasi.

Syarat Rawat Gabung

· Nilai apgar >7

· Berat badan >2500 <400 gram

· Masa kehamilan >37 minggu dan <42 minggu

· Lahir spontan presentasi kepala

· Tidak ada infeksi ntra partum

· Ibu dan bayi sehat

· Pada prinsipnya rawat gabung dapat dilakukan bila mampu menyusui dan bayi mampu menyusu.

Kontra Indikasi Rawat Gabung

· Pihak Ibu

- Penyakit jantung kelas II, III dan IV

- Eklamsi dan pre eklamsi

- Penyakit infeksi akut dan kronik

- TBC dan Sepsis

- Karsinoma payudara (Ca. Mammae)

- Psikosis (sakit jiwa)

· Pihak Bayi

- Bayi kejang

- Bayi sakit berat (jantung, paru dll)

- Bayi memerlukan observasi dan terapy khusus

- BBLR

- Cacat Bawaan

Kesulitan Rawat Gabung

· Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih takut menerima rawat gabung.

· Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pen-kes.

· Secara terpaksa masih digunakan susu formula, ASI sedikit, Ibu Operasi dan belum pilih kesadarannya.

3.1. Pendahuluan

Seorang bayi dengan berbagai tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi dapat meninggal bila tidak ditangani segera. Nilailah secepat mungkin setiap bayi yang datang dengan tanda kegawatan.

3.2. Pengumpulan Data

· Pengkajian fisik bayi baru lahir.

clip_image002

clip_image004

clip_image006

clip_image008

clip_image010

clip_image012

clip_image014

clip_image016

clip_image018

3.3. Membuat rencana asuhan 2-6 hari.

· Minum

1. Bayi akan minta minum tiap 2-3 jam

2. Jarak pemberian Asi paling lama 4 jam

3. Bayi hanya diberikan ASI saja

4. Perhatikan cara pemberian minun pada bayi

· Anemia

· Pengamatan yang ketat dan cermat perubahan peningkatan kadar ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis. Yaitu :

· Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.

· Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan.

· Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin >5mg%/hari.

Mengatasi Hiperbilirubinemia

· Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi

· Transfusi tukar darah

Indikasi Tranfusi Tukar Darah

· Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirik ≥ 20 mg%.

· Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg% per jam.

· Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.

· Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji coba Coombs direk positif.

· BAB

1. BAB pada bayi normal minimal 1 kali dalam sehari. Bayi BAB 3-8 kali sehari masih dapat dikatakan normal akan tetapi bila lebih dari 8 kali maka bayi dikatakan terkena diare.

2. Dalam waktu 2-3 hari akan keluar mekonium.

3. Dalam waktu 4-5 hari BAB akan berwarna coklat kehijauan.

4. Selanjutnya warna dan bentuk dari BAB sesuai dengan susu yang diberikan

5. Memberitahukan cara membersihkan bayi setelah BAB.

· BAK

1. Bayi berkemih 7-10 kali dalam seharo

2. Memberitahukan cara membersihkan bayi setelah BAK.

· Kelainan Kulit

1. Perhatikan kebersihan pada muka, pantat dan lakukan perawatan pada pusar bayi setiap hari. Bayi tadak perlu mandi setiap hari.

2. Setipa lipatan kulit harus bersi dan kering.

3. Apabila terjadi peradangan pada kulit maka bayi harus mendapatkan penanganan dengan segera untuk mencegah infeksi pada kulit.

· Tanda-tanda bahaya

1. Pernafasan sulit, kurang dari 60 kali/menit.

2. Suhu < 36,5 0C atau > 37,5 0C.

3. nadi > 160 kali per menit.

4. Warna kuning, biru, pucat, memar dan hisapan lemah pada saat menyusu.

5. Mengantuk berlebihan.

6. Banyak muntah.

7. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah.

8. Terjadi Infeksi bila suhu meningkat, bengkak, keluar pus, bau busuk, pernafasan sulit.

9. Tidak BAB dalam 3 hari.

10. Tinja lembek, berwarna hijau tua dan adanya lendir sera bercampur darah.

11. Tidak berkemih dalam 24 jam.

12. Aktifitasnya kurang, bayi menggigil, tangis yang tidak biasa, rewel, lemas, lunglai, kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, dan menagis terus menerus.

· Penyuluhan sebelum bayi pulang

1. Pemberian Makanan

- Berikan ASI sesering keinginan bayi

- Barikan ASI ekslusif.

- Susu formula, air gula dan makanan lain akan membuat isapan bayi menjadi melemah yang akan mengakibatkan produksi ASI menjadi berkurang.

- Makanan padat akan menimbulkan alergi dan gangguan saluran pencernaan.

2. Perawtan Tali Pusat

-Cara melakukan perawatan tali pusat.

-Tali pusat akan puput sekitar 1-2 minggu.

-Jaga tali pusat selalu dalam keadaan bersih dan kering.

4.2. Asuhan Primer Pada Bayi 6 Minggu Pertama

4.3. Peranan Bidan Pada Bayi Sehat

- Perawatan sesudah persalinan (menjaga bayi dari infeksi yang dapat mengakibatkan sepsis, tetanus, dll)

- Menjaga bayi sehat tetap sehat dan menghindarkan orang sakit kepada bayi

- Memberikan bayi imunisasi BCG, Hepatitis B, dan Polio sebelum bayi pulang

- Setelah bayi berusia 6 minggu, peranan bidan:

· Melakukan kunjungan rumah

· Menganjurkan ibu untuk membawa bayi ke posyandu

· Menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayi secara teratur ke BKIA, walau bayi dalam keadaan sehat

· Di indonesia tahun 1993 Budin srg melihat bayi yang dilahirkan sehat tapi setelah beberapa minggu bayi akan jatuh kedalam keadaan yang tidak memuaskan

4.4. Bonding Attachment

Pengertian

- Ikatan kasih sayang yang terjalin antara ibu dengan bayi

- Ikatan tersebut sudah ada sejak janin berusia 8 bulan dalam kandungan, janin sudah peka dengan bunyi terutama suara lembut penuh kasih sayang dari ibu

- Klaus dan kennel dalam bukunya berjudul Parent – infant bonding, Bahwa ikatan terkuat manusia adalah ikatan yang terjalin antara ibu dengan bayinya dan kemampuan bertahan seorang bayi bergantung pada kemampuan dan kekuatan cinta kasih dari ibunya

- Secara umum bounding dan attachment ada peningkatan tali kasih dan keterikatan antara batin antara orang tua dan bayi

Menurut Nelson dan May (1986) Attachment adalah ikatan perasaan yang terjadi antara ibu dan bayi meliputi curahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang sangat akrab. Ibu mulai merasa ikatan ini pada usia kehamilan 20 minggu. Tapi akan ditujukan oleh ibu pada trimester ke 2. Bounding adalah dimulainya interaksi emosi, fisik dan personal antara orang tua dan bayi setelah lahir.

Sherwen, bounding adalah hubungan yang baik antara 2 orang yang khusus dan berlanjut sepanjang waktu, prosesnya cepat, terjadi setelah lahir. Proses prilaku bonding antara ibu dan bayi dapat di lihat dengan kontak skin to skin, reflek mengisap bayi, kontak visual ibu dan bayi serta sentuhan yang berdasarkan cinta sejati, cinta seorang ibu terhadap bayinya

Tujuan Bounding dan Attachment

- Untuk membantu pertumbuhan fisik

- Emosi

- Intelektual seorang anak dari awal kehidupan hingga dewasa

Manfaat Bounding dan Attachment

- Bayi merasa ada yang mencintai dirinya, merasa diperhatikan karena telah disambut dengan kasih sayang sehingga bayi merasa lingkungan di sekelilingnya dapat di percaya, dengan demikian memajukan sikap sosial bayi dengan orang lain

- Bayi akan merasa aman karena mendapat dekapan dari ibunya

- Merupakan awal dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian yang positif, misal: perasaan besar hati dan sikap positif terhadap orang lain.

Faktor yang menghambat Bounding dan Attachment

- Kurang support dari keluarga, orang tua, tenaga kesehatan

- Proses persalinan dengan tindakan/operatif

- Bayi dan ibu dengan resiko (tidak rawat gabung)

- Kehadiran bayi yang tidak diharapkan (Unwaried child)

Upaya untuk meningkatkan Bounding dan Attachment

1. Membantu orang tua / keluarga untuk beradaptasi

a. Adaptasi attachment ibu

- Berikan perawatan dasar

- Ijinkan ibu untuk mendiskusikan pengalaman persalinan

- Ijinkan ibu untuk merawat bayinya

- Ijinkan ibu untuk membicarakan bayinya

- Ajak ibu untuk berkomunikasi dengan bayinya

b. Adaptasi attachment ayah

- Ijinkan ayah mengadakan kontak sedini mungkin pada bayi

- Ijinkan ayah untuk mengekspresikan perasaannya

- Ijinkan ayah untuk memeriksa bayi

c. Adaptasi attachment sibling

- Menjenguk di rumah sakit

- Telephon

- Ijinkan sibling untuk menyantuh / memegang bayi

- Anjurkan pengunjung untuk menegur sibling

- Waktu pulang : ayah – bayi

Ibu – sibling

- Sibling merawat boneka dan ibu merawat bayi

d. Adaptasi attachment kakek-nenek

- Ajak kakek dan nenek untuk memberikan support dan membantu ibu dan ayah menjalankan peran sebagai orang tua

- Ijinkan kakek dan nenek untuk mendiskusikan peranan mereka tentang bayi yang baru lahir

2. Kontak sedini mungkin dengan bayi / janin

a. Komunikasi dengan bayi selagi dalam kandungan

b. Letakkan bayi di atas perut ibu segera setelah lahir

c. Ajak ibu melakukan kontak eye to eye dan face to face, aktifitas ini adalah prioritas menerapkan interaksi timbal balik (mutual/reciprocal) antara ibu dan bayi.

d. Segera menyusui bayi pada ibunya

Dampak psikologis menyusui:

- Bayi timbul rasa puas aman (arickson – bulan tahun pertama kehidupan bayi terpenuhi akan timbul rasa percaya diri ’self confidence’ dan anak akan mencari pengalaman-pengalaman baru

- Ibu akan timbul rasa puas, terjadi ikatan batin, kontak fisik, bangga bahagia.

3. Berikan fasilitas untuk mengadakan kontak dan sentuhan lebih lama pada setiap interaksi

- Suzy pruden dalam bukunya Exercise program for young children mengatakan bahwa bayi / anak tidak hanya membutuhkan makanan, kehangatan dan tidur untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tapi juga perlu merasakan sentuhan, bayi tidak mengerti bila ibu bilang aku mencintainya, tapi lewat sentuhan fisik bayi atau kalau ibu mencintainya.

- Pruden juga berpendapat bahwa sentuhan adalah indra pertama dimana bayi dapat memberikan reaksi, jadi dengan sentuhan bayi buka hanya pesan kasih sayang sampai tepi ujung-ujungsyaraf pada tubuh bayi juga akan memberikan reaksi pada sentuhan ibu dan mengirimkan pesan melalui ujung syaraf tulang belakang ke pusat otaknya.

4. Dampingi oleh bidan

5. Melibatkan keluarga sedini mungkin untuk kontak dengan bayi

6. Memberikan informasi / penyuluhan secara bertahap sesuai permintaan oranga tua

Perilaku Bounding Maternal – Infant

- Interaksi ibu yang mempengaruhi bayi

a. Sentuhan: memberikan ikatan kebersamaan antara ibu dan bayi awal hubungan mereka

b. Kontak mata: pandangan timbal balik adalah prilaku yang kuat untuk membantu ibu dan anak dalam proses attachment

c. Suara ibu: suara ibu akan menyehatkan persepsi pendengaran bayi

d. Bau: hari ke 5, menyusui bayi, dapat membedakan bau ibunya

- Kontak mata: pandangan /tatapan ibu

- Bau: hsri ke 4 / 5 ibu telah mengenali bau bayinya

- Tangisan: bila mendengar tangisan bayi ibu sudah mengenal dan biasanya langsung memberikan let dw reflek

- Entrainment: bayi memberikan respon kepada suara ibu dengan joget / gerakan yang ritmik

4.5. Rencana asuhan pada bayi sampai usia 6 minggu pertama

- Pertahankan suhu tubuh bayi

- Suhu tubuh minimal di ukur satu kali/hari, menimbang BB bayi setiap hari

- Mengganti popok setiap bayi habis BAK & BAB

- Pengawasan warna BAK & BAB

- Pengawasan perubahan warna kulit

- Pengawasan perubahan pernapasan

- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi

- Perawatan tali pusat

- Pemeliharaan mulut

- Memandikan bayi

- Cara merawat / memakaikan pakaian setelah bayi mandi

- Memberikan minum bayi (ASI)

- Imunisasi

5.1. PENGUKURAN ANTROPOMETRIK

Pengukuran antropometrik ini dapat meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, (panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometrik terdapat dua cara dalam pengukuran yaitu pengukuran yang berdasarkan umur dan pengukuran tidak berdasarkan umur, seperti contoh : Pengukuran berdasarkan umur, berat badan berdasarkan umur, panjang badan berdasarkan umur dan lain-lain, sedangkan pengukuran tidak berdasarkan umur contohnya adalah : berat badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi badan dan lain-lain.

Pengukuran Berat Badan

Pengukuran berat badan ini bagian dari antropometrik yang digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh misalnya tulang, otot, lemak, cairan tubuh sehingga akan dapat diketahui status keadaan gizi anak atau tumbuh kembang anak. Selain menilai status gizi dan tumbuh kembang anak keadaan berat badan dapat digunakan untuk dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan. Adapun cara menentukan berat badan dapat dilakukan dengan melihat grafik (berat badan berdasarkan umur di bawah ini sesuai dengan Gambar 2.1 – 2.4

Penilaian berat badan berdasarkan umur menurut WHO dengan baku NCHS dengan cara percentil dengan penilaian sebagai berikut : percentil ke 5-3 dikatakan normal dan kurang atau sama dengan tiga masuk kategori malnutrisi (abnormal)

Pada penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO dengan cara persentase dari median dengan penilaian sebagai berikut : antara 80-80 % malnutrisi sedang dan kurang dari 80 % adalah malnutrisi akut (wasting)

Sedangkan menurut penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan baku NCHS dengan cara percentil dengan penilaian sebagai berikut : percentil ke 75-25 dikatakan normal, percentil 10-5 dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari percentil kelima dikatakan malnutrisi berat.

PENGUKURAN TINGGI BADAN

Pengukuran ini merupakan bagian dari pengukuran antropometrik yang digunakan untuk menilai status perbaikan gizi, disamping faktor genetik. Pengukuran ini dapat dilakukan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak cara pengukuran dapat dilihat pada Gambar 2.1-2.4 dibawah ini :

BERAT BADAN (BEHRMAN, 1992)

  1. Lahir
  2. 3 – 12 tahun
  1. 1 – 6 tahun
  2. 6 – 12 tahun

: Kurang lebih 3, 25 kg

: clip_image020

: Umur (tahun) x 2 t8

: clip_image022

TINGGI BADAN (Behrman, 1992)

Lahir

Umur 1 tahun

2 – 12 tahun

Atau

1 tahun

4 tahun

6 tahun

13 tahun

Dewasa

: 50 cm

: 75 cm

: umur (tahun) x 5 + 77

: 1,5 x TB lahir

: 2 x TB lahir

: 1,5 x TB setahun

: 3 x TB lahir

: 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)


clip_image024

clip_image026
5.2. PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK

Untuk menilai perkembangan anak pertama yang dapat dilakukan adalah dengan wawancara tentang faktor kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, kemudian melakukan tes skrining perkembangan anak dengan DDST, tes IQ dan tes Psikologi lainnya selain itu juga dapat dilakukan tes lainnya seperti evaluasi dalam lingkungan anak yaitu interaksi anak selama ini, evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya seperti pemeriksaan neurologis, metabolik dan lain-lain.

Dalam menilai skrining tes ini banyak beberapa tes yang dapat digunakan diantaranya tes intelegensi stanford binet, skala intelegensi wechsler untuk anak prasekolah dan sekolah, skala perkembangan menurut gesell (gesell infant scale) skala bayle (bauley infant scale of development) tes bentuk geometrik, tes motor visual bender gestalt, tes menggambar orang, tes perkembangan adaptasi sosial, DDST, diagnostik perkembangan fungsi munchen tahun pertama. Dalam cara penilaian tes perkembangan dalam hal ini yang akan dijelaskan adalah cara menurut denver (DDST) dan diagnostik perkembangan fungsi munchen tahun pertama.

CARA MELAKUKAN DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST (DDST)

Dalam melakukan tes ini terdapat beberapa perkembangan dalam penggunaan tes, saat ini telah terjadi revisi atau perubahan dalam penggunaan tes yang dikenal dengan nama DDST II, akan tetapi akan dijelaskan kembali perkembangan penggunaan test, dimana tes ini awalnya adalah dengan nama DDST, kemudian terjadi revisi dengan nama DDST-R dan saat ini menggunakan DDST II yang sudah mengalami penyempurnaan dalam pengukuran.

Pada penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam empat faktor diantaranya penilaian terhadap personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar dengan persyaratan tes sebagai berikut :

1. Lembar formulir DDST II

2. Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah, manik-manik, kubus warna merah kuning, hijau dan biru, permainan anak bola kecil, bola tenis kertas dan pensil.

DENVER DEVELOPMENT SCREENING TES II (DDST II)

Cara pengukuran

1. Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan

2. Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah ditentukan

3. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa motorik halus dan personal sosial

4. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal dengan gambar dibawah ini (Gambar 2.7).

1) Keterlambatan (abnormal) apabila terdapat 2 keterlambatan /lebih pada 2 sektor atau bila dalam 1 sektor didapat 2 keterlambatan lebih ditambah 1 sektor atau lebih terdapat 1 keterlambatan.

2) Meragukan apabila 1 sektor terdapat 2 keterlambatan atau lebih atau 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan

3) Dapat juga dengan menentukan ada tidaknya keterlambatan pada masing-masing sektor bila menilai tiap sektor atau tidak menyimpulkan gangguan perkembangan keseluruh (Soetjiningsih, 1998)

clip_image028

6. Mahasiswa Mampu Mempraktekkan Asuhan Pada Neonatus Dan Bayi Baru Lahir Dengan Masalah Yang Lazim Terjadi

6.1. Neonatus Dan Bayi Dengan Masalah Serta Penatalaksanaannya

Janin dan neonatus dapat terkena berbagai penyakit. Penyakit-penyakit yang merupakan konsekuensi langsung dari penyakit ibu dibahas di bab-bab lain bersama dengan penyakit pada ibu. Bab ini menyajikan pengenalan tentang penyakit pada janin dan neonatus serta cedera-cedera yang penting secara klinis.

6.1.1. Bercak Mongol

Tanda lahir

6.1.2. Hemangioma

Hemangioma adalah dalam bahasa awam, bulatan 'berwarna' yang menempel di bagian tubuh si kecil ini kerap disebut 'toh' atau tanda lahir, atau birthmark. Meski tanda lahir ini paling sering ditemukan pada bayi yang baru lahir, namun tak urung terbawa hingga si kecil dewasa. Repotnya kalau tanda lahir ini muncul di bagian tubuh yang terlihat. Menurut  situs birthmark.org, rasio tanda lahir muncul di bagian wajah dan leher dengan bagian tubuh lainnya adalah  83 : 17.

Faktor Penyebab

Hemangioma, selain disebabkan karena kelainan pembentukan pembuluh darah (pembulu darah melebar) juga disebabkan karena faktor tertentu yang terjadi dalam proses kelahiran, misalnya trauma saat lahir. Tanda lahir tidak berkaitan dengan penyakit kulit dan tidak menular. Jadi, orang tua tak perlu cemas. Menurut data medis, 30% tanda lahir sudah tampak sejak saat bayi lahir. Sedangkan yang 70%-nya baru muncul satu hingga empat minggu setelah bayi lahir. Gejala ini lima kali lebih banyak dialami anak perempuan daripada lelaki. Tanda lahir ini juga lebih banyak muncul pada ras kaukasia, dan bayi yang lahir dengan berat  kurang atau BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).

Jenis Hemangioma

Tanda lahir dapat muncul dalam berbagai bentuk, warna dan tekstur, dan biasanya dikategorikan sebagai berikut:

o Stroberi
Terlihat pada saat lahir atau sepertinya muncul tiba-tiba selama minggu pertama pascalahir. Ciri-ciri hemangioma stoberi berukuran sekecil titik atau sebesar alas gelas, lunak dan menonjol serta berwarna seperti buah stroberi.  Tanda lahir ini sangat umum sehingga kemungkinan 1 dari 10 bayi memilikinya. Biasanya tanda lahir ini akan membesar untuk sementara akan membesar, tapi akhirnya memudar menjadi keabu-abuan dan hampir selalu akan hilang sama sekali saat si kecil berusia antara 5-10 tahun.

o Cavernos
Diperkirakan hanya 1 atau 2 dari 100 bayi yang memilikinya. Ini artinya tanda lahir ini lebih jarang dari hemangioma stoberi. Ciri-ciri tanda lahir ini berupa benjolan berwarna kebiruan atau merah kebiruan, dengan pinggiran yang kurang nyata. Awalnya tampak seperti rata, tak menonjol. Kemudia ia akan tumbuh cepat selama 6 bulan pertama, lalu melambat pada 6 bulan berikutnya. Pada bulan ke-12 sampai ke-18, mulai mengerut. 50% dari tanda lahir ini akan menghilang di usia 5 tahun, 70% pada usia 7 tahun, 90% pada usia 9 tahun, dan 95%ketika anak usia 10 atau 12 tahun. Tanda lahir ini akan menghilang tanpa meninggalkan bekas atau meninggalkan  jaringan parut atau jaringan sisa.

o Mongolianspots
Terlihat seperti bercak rata berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu dengan batas tegas, bisa berukuran sangat besar dan sangat mirip dengan tanda lebam. Umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki, punggung atas dan bahu. Biasanya dimiliki pada 9 dari 10 anak berkulit hitam, keturunan Mediterania dan keturunan Indian dan sangat jarang terjadi pada bayi berambut pirang dan bermata biru. Biasanya muncul setelah lahir dan akan permanen hingga si kecil menjadi dewasa.

Dalam beberapa kasus, tanda lahir dapat menimbulkan gangguan berat. Namun ini sangat jarang terjadi.  Tanda lahir dianggap berbahaya jika munculnya di bagian tubuh yang vital. Misalnya, menutupi sebagian mata atau mulut, sehingga mengganggu penglihatan dan proses makan. Atau jika tanda lahir muncul di berbagai organ dalam tubuh. Seperti hati, usus, organ pernapasan, bahkan otak. Maka dapat ditebak, gangguan yang diakibatkannya, yaitu mulusnya proses kerja organ-organ tersebut.

6.1.3. Ikterus

Prinsip Dasar

Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologi ataupun dapat merupakan gejala patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya.

Ikterus Fisiologis

· Ikterus yang timbul pada hari kedua

· Tidak mempunyai dasar patologis

· Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan

· Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus

· Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

Ikterus Patologis

· Ikterus yang mempunyai dasar patologis

· Kadar bilirubinnya mencapai kadar bilirubinemia

Ikterus dapat dikatan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus.

Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.

Menilai Kira-Kira Kadar Bilirubin

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.

Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin bebas : kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer, lihat lampiran penilaian ikterus) dilakukan dibawah sinar biasa (day light).

Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

GAMBAR

clip_image030

DAERAH

(lihat Gambar)

LUAS IKTERUS

KADAR BILIRUBIN (mg%)

1

Kepala dan leher

5

2

Daerah 1

(+)

Badan bagian atas

9

3

Daerah 1,2

(+)

Bagian bawah dan tungkai

11

4

Daerah 1,2,3

(+)

Lengan dan kaki dibawah dengkul

12

5

Daerah 1,2,3,4

(+)

Tangan dan kaki

16

Rumus Kramer

Contoh 1 : Kulit bayi kuning dikepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira 9 mg%.

Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin ≥15 mg%.

Pada kern Ikterus, gejala klinik pada permulaan tidak jelas, antara lain dapat disebutkan yaitu bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus.

Penaganan

Mencegah terjadinya kern-icterus (ensefalopi biliaris)

· Pengamatan yang ketat dan cermat perubahan peningkatan kadar ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis. Yaitu :

· Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.

· Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan.

· Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin >5mg%/hari.

Mengatasi Hiperbilirubinemia

· Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi

· Transfusi tukar darah

Indikasi Tranfusi Tukar Darah

· Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirik ≥ 20 mg%.

· Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg% per jam.

· Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.

· Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji coba Coombs direk positif.

Ikterus disertai dengan kotoran (tinja) warna dempul, segera dirujuk.

Pedoman Pengelolaan Ikterus Menurut waktu Timbulnya dan Kadar Bilirubin (modifikasi dari Maisels 1972)

Bilirubin mg%

< 24 Jam

24-28 Jam

49-72 Jam

> 72 Jam

<5

Pemberian makanann yang dini

5-9

Terapi sinar

bila hemolisis

Kalori cukup

10-14

Transfusi tukar* bila hemolisis

Terapi sinar

15-19

Transfusi tukar*

Transfusi tukar bila hemolisis

Terapi sinar

+

>20

Transfusi tukar*

* Ssebelum dan sesudah transfusi tukar→ beri terapi sinar.

+ Bila tidak berhasil→ transfusi tukar.

Bil < 5mg% selalu observasi.

Bil >mg% penyebab ikterus perlu diselidiki.

Bagan Penanganan Ikterus Bayi Baru Lahir

Tanda-Tanda

Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang-kejang)

Kategori

Normal

Fisiologik

Patologik

Penilaian

· Daerah ikterus (rumus kramer)

· Kuning hari ke:

· Kadar bilirubin

1

1-2

≤ 5mg%

1+2

>3

5-9 mg%

1-4

>3

11-15mg%

1-5

>3

15-20 mg%

1-5

>3

>20 mg%

PENANGANAN

Bidan

Atau

Puskesmas

Terus diberi ASI

· Jemur dimatahari pagi jam 7-9 pagi selama 10 menit.

· Badan bayi telanjang dan mata bayi ditutup.

· Terus diberi ASI.

· Banyak minum

· Rujuk Ke RS

· Banyak minum

Rumah Sakit

Sama dengan diatas

Sama dengan diatas

Terapi sinar

Terapi sinar

· Periksa golongan darah ibu dan bayi

· Periksa kadar bilirubin

Nasihat bila semakin kuning, kembali

Waspadai bila kadar bilirubin naik > 0,5 Mg/jam Coomb’s test

Tukar darah

(Pel. Kes Maternal dan Neonatal 2002)

6.1.4. Muntah Dan Gumoh

Muntah

Mengeluarkan atau regurgitasi susu yang telah diminum dalam jumlah kecil, biasanya bersifat semantara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Muntah juga keluar lebih banyak yang dapat disebabkan oleh kekenyangan, posisi minum tidak pas, dan kemasukan udara.

Masalah

Ø Bayi muntah dengan karakteristik sebagai berikut:

· Menyemprot

· Tanpa memandang cara pemberian minum

· Setiap kali habis minum semua ASI/ minuman dimuntahkan

· Muntah berwarna hijau atau bercampur darah

Ø Distensi abdomen

Penanganan

- Pasang pipa lambung

· Jika pipa lambung tidak bisa masuk, dan bayi tersedak dan muntah segera setelah menelan ; bayi kemungkinan mengalami atresia esofagus atau fistula trakheo-esofageal yang membutuhkan tindakan bedah segera. Lakukan persiapan merujuk.

· Jika pipa lambung bisa masuk, pastikan bahwa pipa tersebut berada didalam lambung dan isaplah cairan lambung, kemudian biarkan ujung pipa terbuka.

- Jika bayi tampak sakit berat (misalnya layuh, letargi)atau kecil (berat lahir < 2500 gram atau umur kehamilan <37 minggu), pasang jalur intravena dan berikan cairan dosis rumatan.

Gumoh

Keluarnya hanya sedikit. tindak memerlukan tindakan seperti muntah.

6.1.5. Oral Trust

Apabila terjadi trust di mulut bayi maka lakukan :

- Lakukan pemeriksaan untuk membedakan trust dari bercak susu dengan mengorek lidah secara lembut untuk melihat apakah bercak putih mudah dilepas: bercak susu mudah dilepas sedangkan trust sukar dilepas.

- Olesi bercak trust dalam mulut bayi dengan larutan nistatin oral atau gentian violet 0,5% 4 kali sehari, lanjutkan sampai 2 hari setelah lesi menghilang.

- Anjurkan ibu mengolesi payudaranya dengan krim nistatin atau larutan gentian violet 0,5% setiap kali setelah menyusui selama bayi diobatai.

(Manajeman Masalah Bayi Baru Lahir)

6.1.6. Diaper Trust/Ruam Popok

Beri krim nistatin pada lesi atau olesi lesi dengan gentian violet 0,5% setiap kali mengganti popok, lanjutkan 3 hari setelah lesi menghilang.

- Perhatikan bahwa popok diganti setiap basah atau kotor.

(Manajeman Masalah Bayi Baru Lahir)

6.1.7. Darmatitis Seborea

Darmatitis Seborea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas yang menyebabkan timbulnya sisik terutama pada kulit kepala dan wajah atau seluruh tubuh. Sering terjadi pada saat cuaca dingin, kulit berminyak, bayi jarang dikeramas.

Tanda dan Gejalanya:

Timbul putih-pitih seperti ketombe yang mengelupas, disertai gatal tapi rambut tidak rontok.

Penaganan :

Selalu menjaga kebersihan, kepala bayi dikeramas dengan shampo khusus untuk bayi dan oleskan Hidrocortisone.

6.1.8. Bisulan (Furunkel)

Bisulan (Furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi folikel rambut dan jaringan sub-kutan disekitarnya. Penyebabnya adalah bakteri stapilococcus aureus.

Tanda dan gejalanya terdapat benjolan berwarna merah, membesar dan berisi nanah.

Penanganannya adalah dikompres untuk mempercepat pematangan, insisi (bisturi, pinset, kasa, betadine, plaster), diberi antibiotik dan cairan antiseptik di luka bekas insisi.

6.1.9. Milliriasis

Milliriasis biasanya disebut biang keringat.

Penaganannya

Selalu jaga kebersihan bayi dan berikan celicil bedak.

6.1.10. Diare

Banyak penyebab diare selain infeksi, tetapi sepsis merupakan penyebab yang paling sering selama periode neonatal.

Lakukan pencegahan infeksi dengan ketat, bila merawat bayi dengan diare untuk mencegah infeksi silang diruang perawatan bayi. Pakai sarung tangan bila menangani popok dan barang lain yang kotor yang telah digunakan. Cuci tangan dengan baik setiap selesai memegang bayi diare.

Masalah yang timbul pada bayi yang terkena diare adalah :

· Bayi berak cair lebih sering dari biasanya.

· Tinja berwarna hijau dan mengandung lendir atau darah.

· Kehilangan banyak cairan hingga menyebabkan bayi dehidrasi.

Temuan

· Kaji ulang dari anamnesis dan pemeriksaan (tabel) dan dapatkan informasi tambahan dibawah ini untuk menentukan kemungkinan diagnosis.

· Tanya :

- Pola minum (ASI atau minum yang lain)

- Konsistensi tinja (encer, hijau, bercampur lendir atau darah)

- Kapan mulai diare

- Riwayat kelahiran : Ketuban pecah dini, kurang bulan, infeksi intra uterin.

· Cari :

- Tanda dehidrasi (mata cekung, ubun-ubun cekung, elastisitas kulit turun, lidah dan membran mukosa kering). Secara umum sulit mencari tanda dehidrasi pada neonatus : dicurigai bila berat badan turun > 10% dan/ jumlah kencing menurun.

- Tanda-tanda sepsis

- Distensi abdomen

Manajemen Umum

· Berikan dukungan pada ibu untuk menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusu, Berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

· Hentikan pemberian makanan dan minuman selain ASI.

· Berikan larutan rehidrasi oral, setiap kali diare:

- Jika bayi dapat menyusu dengan baik, pasang pipa lambung. Berikan cairan oralit 20 ml melalui pipa.

- Bila tidak cukup, berikan ASI peras 20 ml dan kemudian berikan berikan ASI dan oeralit secara simultan.

- Jika tidak ada ASI berikan larutan rehidrasi 20 ml yang sudah diencerkan dengan perbandingan 1:3.

· Jika bayi tidak dehidrasi, ASI diberikan lebih sering dan lebih lama.

· Jika bayi menunjukkan tanda dehidrasi dan sepsis :

- Pasang jalur IV, sementara bayi menyusu jika memungkinkan

- Jika bayi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, berikan larutan ringer laktat/NaCL 0,0 % 30 ml/kg/BB diberikan dalam 1 jam.

- Lakukan penilaian setelah 1 jam:

o Jika membaik, lanjutkan dengan 70 ml/kg/BB dalam 5 jam.

o Jika kondisi bayi tidak membaik dan menunjukkan tanda-tanda denyut nadi lemah, ulangi pemberian cairan 30 ml/kg/BB dalam 1 jam, kemudian dilanjutkan dengan 70 ml/kg/BB dalam 5 jam.

· Lakukan pengamatan dan penilaian dalam 18 jam berikutnya :

- Jika bayi telah terehidrasi dan tidak diare lagi, berikan cairan dengan dosis rumatan sesuai umur.

- Jika bayi telah terehidrasi tapi masih diare, tambahkan cairan rumatan dengan 10 ml setiap kali diare dan sesuaikan volume cairan yang diberikan.

- Lakukan kajian ulang setelah 12 jam.

· Gunakan tabel untuk menentukan kemungkinan dignosisnya

DIAGNOSIS BANDING

Tabel : Diagnosis Banding diare

Temuan

Anamnesis

Pemeriksaan

Pemeriksaan penunjang/diagnosis lain yang sudah diketahui

Kemungkinan diagnosis

· Riwayat ibu dengan infeksi uterus, demam yang dicurigai sbg infeksi berat, ketuban peca > 18 jam.

· Timbul pada hari ke 1-3

· Bayi kecil (berat lahir <2500 g/ UK < 37 mg)

· Sepsis

· Darah rutin

· Kultur darah, tinja

· Apusan dubur

Diare karena sepsis

· Minum Selain ASI

· Timbul diare sesudah minuman lain dimulai

· Minum baik

Diare non infeksi

(manajemen umum)

· Bayi ikterus yang mendapat terapi sinar

· Timbul diare sesudah terapi sinar dimulai

· Tinja kuning lunak

· Tidak muntah

Diare karena terapi sinar

(tidak perlu penanganan)

· Wabah diare pada perawatan bayi

· Timbul sesedah hari ke 2

· Tinja cair, kehijauan dan banyak, terus menerus bahkan pada bayi yang tidak minum ASI

· Darah dalam tinja

· Muntah

· Sepsis

· Dehidrasi

Diare karena infeksi nosokomial

· Minum tidak mau atau buruk

· Timbul hari ke 2-10

· Asfiksia

· Layuh dan letargi

· Bayi tampak sakit

· Diare fulminan

· Bayi kecil kecil (berat lahir <2500 g/ UK < 37 mg)

· Diare bercampur lendir atau darah

· Muntah sering, bercampur darah

· Distensi abdomen

· Progresivitas tanda-tanda penyakit (suhu tubuh tidak stabil dan/apnea

· Sepsis

· Cairan aspirat

lambung meningkat

Enterokolitis

nekrotinikans

(Manajeman Masalah Bayi Baru Lahir)

6.1.11. Obstipasi

Obstipasi adalah susah buang air besar.

Tinja mekonium mungkin dapat melalui usus bila obstruksi terjadi dibagian atas usus halus. Hal ini kerana mekonium dibentuk (in situ) pada semua permukaan usus selama kehidupan janin didalam kandungan dan mekonium yang terletak di bawah obstruksi akan diekskresi.

Mekonium akan lebih pucat bila penyumbatan terjadi di bawah saluran empedu dan mekonium tidak berubah menjadi warna tinja yang nomal(kekuningan) selama beberapa hari sesudah lahir mekonium dapat keluar 3-4 kali. Gejala yang ditimbulkan adalah muntah, perut mebuncit, susah buang air besar.

6.1.12. Infeksi

Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi lahir di rumah sakit di bandingkan dengan bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapatkan kekebalan (imunitas) transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain, dalam hal ini bayi tidak memunyai imunitas.

Faktor resiko penting untk kewaspadaan terjadinya sepsis.

Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan :

· Riwayat Kehamilan

- Infeksi ibu selama kehamilan antara lain TORCH

- Ibu menderita eklamsia

- Ibu dengan Diabetes Melitus

- Ibu mempunyai penyakit bawaan

· Riwayat Kelahiran

- Persalinan lama

- Persalinan dengan tindakan (ekstraksi vacum/cunam, SC)

- Ketuban pecah dini

- Air ketuban hijau kental

· Riwayat Bayi Baru Lahir

- Trauma lahir

- Lahir kurang bulan

- Bayi kurang mendapatkan cairan dan kalori

- Hipotermia pada bayi

Penilaian

Diagnosis infeksi pada bayi baru lahir tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua sering kali tidak ditemukan. Infeksi pada bayi baru lahir capat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Diagnosis dini sering kali dibuat apabila petugas pelayanan kesehatan cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku bayi baru lahir diantaranya malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargi, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, muntah dan diare. Selain itu juga terdapat edema, sklerema, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal.

Penanganan

· Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

· ASI tetap diberikan atau diberi air gula.

· Diberi injeksi Antibiotika berspektrum luas (lihat tabel)

Penggunaan Antibiotikan yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan tumbunya mikro organisme yang tahan terhadap Antibiotika dan mengakibatkan tumbuhnya jamur yang berlebihan, misalnya candida albicans.

· Perawatan sumber infeksi, misalnya pada infeksi tunggal talipusat (omfalitis) diberi saleb yang mengandung neomisin dan basitrasin.

Tabel : Jenis Dan Dosis Antibiotika Yang Dianjurkan Untuk Neonatus

Jenis Antibiotika

Dosis

Frekuensi Pemberian

Injeksi Benzilin Penisilin

Atau

Injeksi Ampisilin

50.000 IU/kg/kali IM

50 mg/kg/kali IM/IV

Tiap 12 jam

Tiap 8 jam

Dikombinasikan dengan

Infeksi Aminoglikosida

(Gentamisin)

2,5 mg/kg im/iv

Tiap 12 jam

Eritromisin

50 mg/kg/hari

Dalam 3 dosis

Bagan Penanganan Infeksi/Sepsis

TANDA-TANDA

Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak nafas, merintih, menangis, lemah atau tidak ada tangis, mengantuk, susah minum, fontanel cembung, talipusat memerah.

KATEGORI

Sepsis

Infeksi Lokal

PENILAIAN

Tanda-tanda tersebut diatas ditandai :

· Kadang-kadang kejang

· Tali pusat merah/kotor/bau

· Kulit ikterik

Biasanya ditemukan :

· Panas

· Tali pusat merah/kotor/bau

· Nanah ditelinga

· Bisul/fustula dikulit

PENANGANAN

Puskesmas

· Pertahankan tubuh bayi tetap hangat (tidak hipotermia)

· ASI tetap diberikan atau diberikan air gula

· Injeksi antibiotik 1 kali

· Rujuk ke RS

· Diberi injeksi Antibiotik

· Dilanjutkan Antibiotika oral

· Nasehat perawatan infeksi

· Kontrol embali dalam 2 minggu

Rumah Sakit

· Sama seperti diatas

· Diberi Antibiotika Ampisilin + Gentamisin IV

· Bila perlu diberikan oksigen

· Infus untuk mencegah dehidrasi

· ASI tetap diberikan

(Pel. Kes Maternal dan Neonatal 2002)

6.1.13. Bayi Meninggal Mendadak

Kelahiran mati yang tidak dapat dijelaskan. Dengan pengamatan yang cermat terhadap perjalanan klinis, pemeriksaan yang teliti terhadap bayi lahir mati yang masih baru, dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai termasuk nekropsi, hanya sekitar 10 persen kematian janin yang tetap tidak dapat diklasifikasikan. Kesulitan dalam memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm (yudkin et al., 1987).

Evaluasi pada bayi lahir mati. Kita perlu berupaya mengungkapkan kausa kematian janin. Pertama, adaptasi psikologis terhadap kehilangan yang mendalam ini dapat dipermudah apabila etiologi spesifiknya dapat diketahui. Kedua, hal ini dapat meredakan rasa bersalah yang merupakan bagian dari kedukaan. Yang paling penting, diagnosis yang tepat menyebabkan penyuluhan mengenai kekambuhan akan lebih akurat dan bahkan memungkinkan dilakukannya terapi atau intervensi untuk mencegah hal yang sama berulang pada kehamilan berikutnya. Identifikasi sindrom-sindrom herediter juga memberikan informasi penting bagi anggota keluarga yang lain.

Pemeriksaan klinis. Pemeriksaan yang cermat terhadap bayi, plasenta, dan selaput ketuban harus dilakukan saat pelahiran. Informasi ini dapat membantu penentuan etiologi. Daftar periksa yang digunakan di parkland hospital untuk memformat rekam medik kelahiran mati diringkaskan di tabel 39-14.

6.2 Asuhan Neonatus Dengan Jejas Persalinan

6.2.1. Caput Suksedenum

Caput Suksedenum adalah pembengkakan yang terjadi dibawah kulit bayi yang terjadi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah.

Etiologi

1. Adanya tekanan jalan lahir terhadap kepala bayi oleh jalan lahir pada partus lama, partus obstruksi dan partus dengan ekstraksi vakum (caput buatan).

2. bisa tejadi pada KPD dan his yang terlalu kuat dan terjadi pada bayi yang masih hidup.

Tanda dan gejala

· Udema dikepala

· Perabaan terasa lembut dan lunak

· Pembatasan pembengkakan tidak berbatas tegas

· Hilang dalan waktu 2-4 hari

6.2.2. Chepalhematoma

Chepalhematoma adalah perdarahan sub periostel akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan dan tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui sutura garis tengan. Pemeriksaan rotgen tengkorak dilakukan, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh Chepalhematoma) kelainan ini agak lama menghilang 1-3 bulan. Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrit dan billirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu dilakukan.

Chepalhematoma sering dijumpai pada persalinan biasa, pada partus lama, partus dengan ekstraksi vakum (caput buatan), molage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek, dan terjadi pada letak sungsang.

Chepalhematoma dapat terlihat bila kepala bayi tampak bengkak dan merah.

Chepalhematoma Dapat Ditangani Dengan :

· Dirawat sama dengan bayi normal

· Awasi KU dan TTV

· Lingkungan tenang dan cukup ventilasi

· Beri ASI yang adekuat

· Ajarkan ibu menyusui dengan tiduran

· Jaga personal hygen bayi

· Bila benjolan besar dilakukan penyedotan, jika tidak akan diarbsorbsi oleh tubuh

(Pel. Kes Maternal dan Neonatal 2002)

6.2.3. Trauma Pada Bracialpalsy

Bracialpalsy Ada Dua Jenis

a. Paralisis Erb-Duchene

Perusakan cabang-cabang C5-C6 dari Pleksus Brakialis menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan keluar serta hilangnya reflek bisep dan moro. Lengan berada dalam posisi aduksi, putaran ke dalam, lengan dalam pronasi, dan telapak tangan kedorsal.

b. Paralisis Klumpke

Kerusakan cabang-cabang C8-TH1 Pleksus Brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot flesor pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.

Penyebabnya adalah karena tarikan yang kuat pada daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan kerusakan pada Pleksus Brakialis. Sering dijumpai pada letak sungsang atau pada letak kepala bila terjadi distosia bahu.

Penanganan

1. Letakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90o dalam putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90o dengan supinasi lengan bawah dan eksternasi pergelangan tangan menghadap kedepan.

2. Fisioterapy : penyembuhan akan terjadi dalam beberapa hari sampai 3-6 bulan setelah melahirkan.

(Sinopsis Obstetri,2002)

6.2.4. Faktur Klavikula dan Fraktur Humerus

Faktur Klavikula

Dapat terjadi pada letak kepala, bayi besar, bahu lebar atau pada letak sungsang dengan tangan menjungkit. Gejalanya ditemui kelemahan pada bahu yang patah dan reflek moro yang hilang. Diagnosis dengan palpasi dan foto rotgen. Pengobatan adalah reposisi abduksi 60 o, fleksi 90o , dan imobilisasi. Patah tulang pada bayi cepat sembuh dalam 7-10 hari.

Fraktur Humerus

Terjadi karena kesalahan melahirkan lengan baik, pada letak kepala maupun pada letak sungsang atau lintang. Dengan parawatan dan imobilisasi akan sembuh dalam 2-4 minggu. Diagnosis dengan palpasi dan foto rotgen.

(Sinopsis Obstetri, 2002)

6.3. Neonatus dengan Kelainan Bawaan dan Penatalaksanaannya

6.3.1. Labiokizis dan Labiopalatokiziz

Labiokizis adalah celah yang terdapat pada bibir.

Labiopalatokiziz adalah celah yang terdapat pada bibir sampai pada langit-langit.

Penatalaksanaannya

· Berikan ibu dukungan emosional dan keyakinan kepada ibu.

· Memberikan bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan yang cukup sampai operasi dapat dilakukan.

· Jika bayi menderita celah bibir saja, tetapi langit-langit utuh, anjurkan ibu menyusui :

- Jika bayi dapat menyusui dengan baik dan tidak terdapat masalah lain yang memerlukan perawatan di RS, bayi dapat dipulangkan. Lakulan tindak lanjut dalam waktu 1 mg untuk memantau pertumbuhan dan peningkatan berat badan.

- Jika bayi tidak dapat menyusui dengan baik karena ada celah bibir, berikan ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.

· Jika bayi menderita celah langit berikan ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum.

· Apabila masalah minum teratasi dan berat badan bayi bertambah bayi dirujuk kerumah sakit tersier atau RS khusus bedah untuk melakukan opersi celah bibir.

(Manajeman Masalah Bayi Baru Lahir)

6.3.2. Atresia Esophagus

Atresia Esophagus ialah tidak adanya saluran kerongkongan (menyempit/tidak sempurna).

Tanda dan Gejala

Hepersalivasi, kadang-kadang bayi menjadi biru oleh karena saliva masuk kejalan pernafasan, perut bayi tampak membuncit, perut bayi kembung, bising usus menurun bayi tampak rewel. Pemberian minum dapat menyebabkan bayi batuk dan seperti tercekik.

Penanganan

Meletakkan bayi atau menggendong bayi dengan posisi dimiringkan, memasukkan cateter sampai mentok: sedot atau mengeluarkan cairan.

Pengobatannya ialah dengan operasi.

(IKA 3& Binder)

6.3.3. Atresia Rekti dan Anus

Atresia Rekti dan Anus ialah tidak adanya saluran anus dan recti(menyempit/tidak sempurna).

Untuk mengetahui kelainan ini maka dilakukan pemasukan termometer melalui anus. Tindakan ini bukan hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tetapi juga mengetahui terdapat atresia/fistul atau tidak. Bila anus terlihat nomal dan terdapat penyumbatan yang lebih tinggi dari perineum.

Tanda dan Gejala

Akan timbul dalam 24-48 jam, berupa perut kembung, muntah dan pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik(jungkir) dapat dilihat sampai dimana penyumbatan (foto dilakukan pada umur lebih dari 24 jam, oleh karena pada umur tersebut dalam keadaan normal, seluruh traktus degifitus sudah berisi udara dan bayi dibalik selama 5 menit) dan melalui anus juga dimasukkan termometer. Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium didalamnya sehingga, fistula dapat diketahui lebih dini.

Pengobatannya ialah dengan operasi.(IKA 3)

6.3.4. Hischprung

Penyakit Hisprung disebabkan oleh tidak terdapatnya sel ganglion parasi simpatis dari fleksus dari auerbach di colon. Sebagian besar segmen yang ganglionic mengenai rectum dan bagian bawah colon sigmoid dan terjadi hipertropi sera distensi yang berlebihan pada colon yang lebih proksimal.

Tanda dan gejala

Paling utama pada bayi baru lahir ialah muntah hijau, pengeluaran meconium yang terlambat serta perut membuncit. Gejala timbul pada umur 2-3 hari dan dapat terjadi ganguan pernapasan serta dehidrasi. Bila dilakukan colok anus tinja akan keluar menyemprot. Diagnosis ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan enema barium dan biopsi rectum (dengan biopsi hisap).

Pengobatannya ialah dengan operasi.

(IKA 3)

6.3.5. Obstruksi Billiaris Usus

Umumnya terdapat atresia pada jejunum atau ileum. Muntah berwarna hijau atau kuning coklat, perut membuncit, kadang-kadang tampak gerakan peristaltik dan terdapat obstipasi.

Penyakit ini disebabkan difungsi umum kelenjar endokrin pankreas. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya enzim pankreas yang mengalir ke lumen usus halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menyumbat lumen usus.

Tanda dan Gejala

Gambaran radiologis yang ditemukan adalah pelebaran usus dan tampak bayangan udara yang granular diantara mekonium yang kental.

Pengobatannya ialah dengan operasi.

(IKA 3)

6.3.6. Omfalokel

Omfalokel disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janain berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat segera dilihat, yaitu berupa protrusi dari kantong ayng berisi usus dan fisera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.

Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah harus diberi mercurocrom dan diharapkan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat visera sekaligus keronggan abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernafasan.

(IKA 3)

6.3.7. Hernia Diafragmatika

Hernia Diafragmatika terjadi karena tidak terbentuknya sebagian diafragma sehingga sebagia isi perut masuk kedalam rongga torak. Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal (foraman bochdalek) yang terletak pada bagian postero lateral dari diafragma. Jarang ditemukan sinus subternal (foramen morgagne) yang melalui hiatus esophagus.

Gejalanya bergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalam rongga torak. Bila sebagian besar isi perut masuk kedalam rongga torak akan timbul gejala gangguan pernafasan seperti biru, sesak nafa, retraksi sela iga dan subternel, perut kecil dan cembung, suara nafas tidak terdengar pada paru yang terdesak dan bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut. Diagnosis pasti ialah dengan membuat foto torak.

Sebelum operasi dilakukan tidakan pemberian oksigen bila bayi tampak biru, kepala dan dada harus lebih tinggi dari pada kaki dan perut, yaitu agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan membiarkan diafragma bergerak dengan bebas. Posisi ini juga dilakukan sesudah operasi. Pengobatannya ialah operasi. Mortalitas kelainan ini dalah 25 %-50%.

(IKA 3)

6.3.8. Atresia Deodeni dan Esophagus

Atresia Deodeni

Atresia Deodeni biasanya terjadi dibawah ampula faeri. Muntah terjadi beberapa saat setelah lahir. Perut dibagian epigastrium tampak membuncit sesaat sebelum muntah. Munta mungkin projektil dan berwarna hijau.

Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan pelebarang lambung dan bagian proksimal duodenum tanpa adanya udara dibagian lain usus.

Pengobatannya ialah dengan operasi. Sebelum operasi dilakukan hendaknya lambung dikosongkan dan diberi cairan intravena untuk memperbaiki gangguan air elektrolit yang telah terjadi.

(IKA 3)

Atresia Esophagus

Atresia Esophagus ialah tidak ada saluran kerongkongan (menyempit atau tidak sempurna).

Fistula trakeoesofagus/trakeoesofangeal adalah hubungan antara saluran nafas ke sel makanan (makanan masuk ke saluran esofagus/nafas).

Tanda dan Gejala

Apabila ditemukan Atresia Esophagus pasang sonde < 6 cm. Bila terjadi vistula bayi akan berbangkis atau bersin dan bayi akan mengalami gangguan nafas (sianosis I). Bila lambung kosong maka tidak ada vistula dan bila lambung berisi udara maka dipastikan ada vistula.

Penanganan

Masukan cateter sampai mentok kemudian sedot dan keluarkan cairan. Posisikan bayi setengah duduk pada bayi vistula dan posisikan bayi trendelenburg (kepala lebih rendah dari pada kaki) pada bayi tidak dengan vistula tapi dengan banyak saliva.

6.3.9. Meningokel dan Ensifalokel

Meningokel

Meningokel merupakan benjolan berbentuk kista digaris tengah tulang belakang yang umumnya terdapat didaerah lumbo-sakral. Lapisan meningeal berupa durameter dan aracnoid menonjol keluar kanalis vertebralis sedangkan medula spinalis masih ditempat yang normal. Benjolan ditutup dengan membran tipis yang semi transparan berwarna kebiru-biruan atau ditutup sama sekali oleh kulit yang dapat menunjukkan hipertrikkosis atau nevus. Pada transiluminasi tidak terlihat jaringan syaraf pusat didinding benjolan.

Ensifalokel

Ensifalokel lebih jarang daripada meningokel. Bianya terdapat pada daerah oksipital. Kantong berisi cairan, jaringan saraf atau sebagian dari otak. Ensifalokel didaerah oksipital ini sering berhubungan dengan kelainan mental yang berat dan microcepal.

(Ilmu Kandungan, 2002)

6.3.10. Hidrosefalus dan Anensephalus

Hidrosefalus

Terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mecapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.

Hidrosefalus sering dijumpai sebagai kelainan kongenital namun bisa pula bisa sebab posnatal. Angka kejadian kira-kira 30% yang ditemui sejak lahir, dan 50 % pada 3 bulan pertama.

Frekuensi hidrosefalus in utero 1:2000 bayi, kira-kira 12 % dari semua kelainan kongenital. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan, dan setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediari dan sosial.

Anensephalus

Akrania adalah kelainan kongenital dimana tengkorak tidak terbentuk sempurna, hanya bagian basis dari os frontalis, os oksipitalis dan os parietalis. Orbita sempit sehingga mata terlihat menonjol keluar. Jaringan syaraf otak hanya ditutupi stroma dan membran tipis yang berhubungan dengan kulit kepala.

Penyebabnya belum diketahui, munkin ada hubungannya dengan faktor genetik. Pengobatan tidak ada karena kebanyakan akan lahir mati atau bebrapa jam setelah melahirkan. Satu-satunnya jalan adalah penyuluhan genetik serta penggulangannya.

(Sinopsis Obstetri)

6.3.11. Fimosis

Fimosis adalah prepusium tidak dapt ditarik kebelakang atau tidak dapat membuka.

Pengobatannya ialah dengan dilakukan sirkumsisi (tindakan pengangkatan sebagian atau seluruh prepusium penis dengan tujuan tertentu).

6.3.12. Hipospadia

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna terletak dipermukaan venis penis dan lebih proksimal dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung gland penis).

Penyebabnya kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena ivolisi yan prematur dari sel interstisial testis.

Pengobatannya operasi penglepasan chordee dan tunnelling dan operasi eretroplasti.

6.3.13. Kelainan Metabolik dan Endokrin

Bayi yang baru lahir sebaiknya dirawat dalam keadaan telanjang pada suhu netralnya, yaitu pada suhu lingkungan yang sedemikian sehingga konsumsi oksigen sangat minimal dan tidak terjadi penambahan atau kehilangan panas. Misalnya bayi cukup bulan memerlukan suhu 32oC-34oC pada umur 24 jam pertama dan secara berangsur-angsur diturunkan sampai 29Co-32oC pada hari ke 7 dan 29oC-30oC pada hari ke empat belas. Pada bayi BBLR suhu lingkungan 33oC-35 oC sesudah lahir dan hanya boleh diturunkan 1oC selama minggu pertama.

Gangguan Metabolik

- Hipertemia

- Hipotermia

- Edema

- Tetani

- Hipomagnesemia

Gangguan Endokrin

- Dwarfime pituitary

- Defisiensi Tyroid

- Hiper Tyroidisme Sementara

- Gondok Konenital

6.4 Neonatus Resiko Tinggi dan Penatalaksanaanya

6.4.1. BBLR

Menurut WHO (1961) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Keadaan ini bisa disebabkan oleh : masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur), bayi small for gestational age (SGA): bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil masa kehamilan = KMK), kedua-duanya (1+2).

BBLR dibagi menjadi 3 yaitu sesuai masa kehamilan (SMK), kecil masa kehamilan (KMK) dan besar masa kehamilan (BMK).

Bayi Prematur (SMK)

Makin rendah masa gestesi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi mortalitas dan morbiditasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara-cara yang komplek serta menggunakan alat-alat yang canggih, beberapa gangguan yang berhubungan dengan prematuritasnya dapat diobati. Dengan demikian gejala sisa yang mungkin diderita kemudian hari dapat dikurangi.

1. Prematuritas murni

Adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai

2. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan.

3. Retardasi pertumbuhan janin intrauterin

Adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

4. Light for date sama dengan small for date

5. Dismaturitas

Adalah suatu sindroma klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan atau bayi dengan gejala intrauterin malnutrition or wasting.

6. Large for date

Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusmya tua kehamilan, misalnya pada diabetus melitus.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya prematur :

1. Faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, mal nutrisi, kelainan uterus, hidramnion, kelainan jantung/penyakit jantung, penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun/ >35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.

2. Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.

3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

4. Kebiasaan: Pekerjaan yang melelahkan, merokok.

5. Tidak diketahui.

Problematik Bayi Prematur

Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka kematian. Dalam hal ini sebagian basar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur.

Diagnosis dan Gejala Klinik

· Sebelum bayi lahir

1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.

2. Pembesaran uetrus tidak sesuai dengan tuanya usia kehamilan.

3. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

4. Pertambahan berat badan ibu lambat tidak sesuai dengan yang seharusnya.

5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau hidramnion, hiperemisis gravidarum, dan pada perdarahan lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum.

· Setelah bayi lahir

1. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.

Secara klasik seperti orang yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.

2. Bayi prematur yang lahir yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.

Vernic caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menagis lemah, tonus otot hipotoni, dan kulit tipis, merah dan transparan.

3. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retradasi pertumbuhan intrauterin.

4. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi, dsb. Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (small for date) alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidaup dalam rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan normal.

Perawaran Bayi BBLR

1. Pengaturan suhu lingkungan

v Bayi dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu yang diatur.

v Bayi berat badan < 2 kg: 35 oC

v Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34 oC

v Suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu sampai bayi dapat ditampatkan pada suhu lingkungansekitar 24-27 oC

2. Makanan bayi BBLR

Umumnya bayi prematur balum sempurna refleks menghisap dan batuknya, kapasitas lambug masih kecil, dan adanya enzim, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.

(Sinopsis Obstetri)

6.4.2. Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratu setelah dilahirkan.

Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan.

Asfiksia dalam kehamilan

Dalam disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, anemia dan toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma.

Asfiksia gravidarum tidak beitu penting seperti asfiksia yang terjadi sewaktu persalinan, karena tidak dapat dilakukan tindakan untuk menolong janin.

Asfiksia dalam Persalinan

Dapat disebabkan oleh :

1. Kekurangan O2, misalnya pada :

· Partus lama (CPD, servik kaku, dan atonia/inersia uteri).

· Ruptur uteri yang membakat, kontraksi usus yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.

· Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.

· Prolapsos, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.

· Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.

· Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusio plasenta.

· Kalau perdarahan sudah tua dapat terjadi posmaturitas (serotinus), disfungsi uri.

2. Paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius.

Gambaran Klinis

Ada 2 macam :

1. Asfiksia livida (biru)

2. Asfiksia pallida (putih)

PERBEDAAN

ASFIKSIA PALLIDA

ASFIKSIA LIVIIDA

Warna kulit

Tonus otot

Reaksi rangsangan

Bunyi jantung

Prognosis

Pucat

Sudah kurang

Negatif

Tidak teratur

Jelek

Kebiru-biruan

Masih baik

Positif

Masih teratur

Lebih baik

Patogenesis

· Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangn terhada N. Vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka N. Vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari N. Simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya iriguler dan menghilang.

Tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat dari 160 kali per menit atau kurang dari 100 kali per menit, halus dan iriguler serta adanya pengeluaran mekonium.

· Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia.

o Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia.

o Jika DJJ lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium : janin sedang asfiksia.

o Jika DJJ kurang dari 100 kali per menir dan ada mekonium : janin dalam keadaan gawat.

· Janin akan melakukan pernafasan intra uterin dan bila kita periksa kemungkinan, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasi, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.

Diagnosis

In Utero :

1. DJJ irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per menit

2. Terdapat mekoniun dalam air ketuban (letak kepala)

3. Analisa air ketuban/amnioskopi

4. Kardiotokografi

5. Ultrasonografi

Setelah bayi lahir

1. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernafas.

2. Kalau sudah mengalami perdarahan diotak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis.

Penanganan

1. Jangan biarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan mulut dan jalan nafas.

2. Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan kedalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mouth to mouth respiration, heart massage (masase jantung), atau menekan dan melepaskan dada bayi.

Pemberian O2 harus hati-hati terutama pada bayi prematur. Bisa menyebabkan lenticular fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari 24 jam, sehingga bayi menjadi buta.

3. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.

4. Pemberian coramine, lobeline sekarang tidak dilakukan lagi.

5. Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi vit K 1-2 mg.

6. Berikan tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.

Prognosis

Asfiksia livida lebih baik dari pada asfiksia pallida. Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus difikirkan kemungkinannya cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.

Profilaksis

Yang harus diperhatikan :

- Hindari forsep tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta pemberian pituitarin dalam dosis tinggi.

- Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan O2 dan darah segar.

- Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu terlalu lama pada kala II.

APGAR SCORE

SCORE

0

1

2

A : Appearence (color)

(warna kulit)

Blue pale

Body pink extremites blue

Completely

P : Pulse (Heart rate)

(Denyut nadi)

Absent

Below 100

Over 100

G : Grimace (reflek irritabillity in response to stimulation of sole of foot)

No response

Grimace

Cry

A : Activity (muscletone)

(tonus otot)

Limp

Some fleksion of extremities

Active motion

R : Respiration (respiratory

effect) (pernafasan)

absent

Slow, irregular

Strong cry

Total

     

Klasifikasi klinik apgar

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Kerena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus.

2. Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi bernafas normal kembali.

3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

6.4.3. Sindrom Gangguan Pernafasan

Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapt terjadi oleh berbagai sebab. Apabila gangguan pernafasan tersebut disertai dengan hipoksia (kekurangan oksigen), maka prognosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru lahir, ataupun seandainya hidup akan beresiko terjadinya kelainan neurologis di kemudian hari. Banyak gangguan pernafasan pada bayi baru lahir yang ditandai dengan distres pernafasan.

Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir antara lain sebagai berikut:

- Obstruksi jalan nafas, misalnya atresia kaona, makroglosia, higroma koli kistik, trakeomalasia.

- Penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hiali, MAS, stelektasis, transistent tachypneu of the new born (TTN), DPD, pnemonia.

- Kelainan perkembangan organ, misalnya agenesis paru-paru, hernia diafragmatika, kista intratoraks, TOF, perdarahan paru-paru.

- Diluar paru-paru (non pulmunary), misalnya payah jantung, kelainan susunan saraf pusat, asidosis metabolik, dan asfiksia.

Penilaian

Tanda dan gejala gangguan pernafasan pada bayi baru lahir secara mudah dapat diketahui dengan cara menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga serta warna kulit bayi (sianosis atau pucat) dan merintih.

Diagnosis banding dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi.

Penanganan

· Menjaga jalan nafas tetap bebas.

· Pencegahan terjadinya hipoksi/asidemia.

· Penanganan/tindakan.

· Pengobatan.

· Rujukan.

Diagnosis banding gangguan pernafasan bayi baru lahir

1. Penyakit membran hialin

2. Ateleksis

paru-paru/pnemotoraks

3. Pnemonia Aspirasi

4. Kelainan susunan saraf pusat

5. Sepsis

Terjadi pada bayi prematur. Biasanya terjadi sesudah lahir dan secara progresif menjadi berat dalam 72 jam.

Paru-paru menguncup disebabkan karena adanya sumbatan dalam saluran nafas misalnya lendir sangat kental, atau tersedak susu, demikian juga pnemotoraks.

Misalnya karena tersedak cairan ketuban, terutama yang hijau kental.

Dapat terjadi akibat asfiksia, menimbulkan hipoksia otak.

Dapat menyebabkan terjadinya hipoksia diseluruh tubuh dan pada bayi baru lahir mudah terjadi pnemonia.

Bagan Penanganan Gangguan Pernafasan Bayi Baru Lahir

Tanda-Tanda

Pernafasan cuping hidung, sianosis atau pucat, tarikan kedalam dinding iga bagian bawah, merintih, pernafasan cepat > 60/menit, aktivitas menurun disertai atoni atau hipotoni.

Kategori

Gangguan Pernafasan Sedang

Gangguan Pernafasan Berat

Penilaian

· Pernafasan

· Biru (sianosis)

· > 60/menit

· Biru disekitar mulut

· 0 (apnu) - < 40/menit

· Biru sentral (lidah biru)

Penanganan

Upaya

Puskesmas

· Bersihkan jalan nafas.

· Pertahankan tetap hangat.

· Berikan O kalau perlu dengan masker.

· Lanjutkan pemberian ASI dengan cara diteteskan atau dengan sonde atau bila tidak mau menelan.

· Berikan Antibiotik Ampisilin dan Gentamisin.

· Perawatan tali pusat bersih.

· Amati terhadap tanda-tanda kegawatan/sakit barat (rujuk ke RS)

· Bersikan jalan nafas.

· Pertahankan tetap hangat.

· Ventilasi tekanan positif dengan pernafasan dari mulut kemulutatau menggunakan balon dan sungkup oksigen.

· Bila perlu pijat jantung dari luar.

· Berikan Antibiotik Ampisilin dan Gentamisin.

· Perawatan tali pusat bersih.

· Amati terhadap tanda-tanda kegawatan/sakit barat (rujuk ke RS)

Bila Terpaksa Tidak Dapat Dirujuk

· Beri Antibiotik.

· Bila perlu diberi oksigen.

· ASI diteruskan.

· Infus bila ada masalah minum.

Rumah Sakit

· X-ray toraks

· Infus

· Cegah Hipotermi

· Oksigen

· Antibiotik

· X-ray toraks

· VTP, balon-sungkup ventilator

· Infus

· Cegah Hipotermi

· Antibiotik

6.4.4. Ikterus

Prinsip Dasar

Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologi ataupun dapat merupakan gejala patologis, misalnya pada inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu, dan sebagainya.

Ikterus Fisiologis

· Ikterus yang timbul pada hari kedua

· Tidak mempunyai dasar patologis

· Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan

· Tidak mempunyai potensi menjadi kern-icterus

· Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi

Ikterus Patologis

· Ikterus yang mempunyai dasar patologis

· Kadar bilirubinnya mencapai kadar bilirubinemia

Ikterus dapat dikatan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologisdan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi kern-icterus.

Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.

Menilai Kira-Kira Kadar Bilirubin

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.

Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya kern-icterus, misalnya kadar bilirubin bebas : kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer, lihat lampiran penilaian ikterus) dilakukan dibawah sinar biasa (day light).

Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

GAMBAR

clip_image030[1]

DAERAH

(lihat Gambar)

LUAS IKTERUS

KADAR BILIRUBIN (mg%)

1

Kepala dan leher

5

2

Daerah 1

(+)

Badan bagian atas

9

3

Daerah 1,2

(+)

Bagian bawah dan tungkai

11

4

Daerah 1,2,3

(+)

Lengan dan kaki dibawah dengkul

12

5

Daerah 1,2,3,4

(+)

Tangan dan kaki

16

Rumus Kramer

Contoh 1 : Kulit bayi kuning dikepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira 9 mg%.

Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin ≥15 mg%.

Pada kern Ikterus, gejala klinik pada permulaan tidak jelas, antara lain dapat disebutkan yaitu bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus.

Penaganan

Mencegah terjadinya kern-icterus (ensefalopi biliaris)

· Pengamatan yang ketat dan cermat perubahan peningkatan kadar ikterus/bilirubin bayi baru lahir, khususnya ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis. Yaitu :

· Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama.

· Ikterus dengan kadar bilirubin >12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau > 10 mg% pada neonatus kurang bulan.

· Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin >5mg%/hari.

Mengatasi Hiperbilirubinemia

· Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi

· Transfusi tukar darah

Indikasi Tranfusi Tukar Darah

· Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirik ≥ 20 mg%.

· Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 0,3-1 mg% per jam.

· Anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung.

· Kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji coba Coombs direk positif.

Ikterus disertai dengan kotoran (tinja) warna dempul, segera dirujuk.

Pedoman Pengelolaan Ikterus Menurut waktu Timbulnya dan Kadar Bilirubin (modifikasi dari Maisels 1972)

Bilirubin mg%

< 24 Jam

24-28 Jam

49-72 Jam

> 72 Jam

<5

Pemberian makanann yang dini

5-9

Terapi sinar

bila hemolisis

Kalori cukup

10-14

Transfusi tukar* bila hemolisis

Terapi sinar

15-19

Transfusi tukar*

Transfusi tukar bila hemolisis

Terapi sinar

+

>20

Transfusi tukar*

* Ssebelum dan sesudah transfusi tukar→ beri terapi sinar.

+ Bila tidak berhasil→ transfusi tukar.

Bil < 5mg% selalu observasi.

Bil >mg% penyebab ikterus perlu diselidiki.

Bagan Penanganan Ikterus Bayi Baru Lahir

Tanda-Tanda

Warna kuning pada kulit dan sklera mata (tanpa hepatomegali, perdarahan kulit, dan kejang-kejang)

Kategori

Normal

Fisiologik

Patologik

Penilaian

· Daerah ikterus (rumus kramer)

· Kuning hari ke:

· Kadar bilirubin

1

1-2

≤ 5mg%

1+2

>3

5-9 mg%

1-4

>3

11-15mg%

1-5

>3

15-20 mg%

1-5

>3

>20 mg%

PENANGANAN

Bidan

Atau

Puskesmas

Terus diberi ASI

· Jemur dimatahari pagi jam 7-9 pagi selama 10 menit.

· Badan bayi telanjang dan mata bayi ditutup.

· Terus diberi ASI.

· Banyak minum

· Rujuk Ke RS

· Banyak minum

Rumah Sakit

Sama dengan diatas

Sama dengan diatas

Terapi sinar

Terapi sinar

· Periksa golongan darah ibu dan bayi

· Periksa kadar bilirubin

Nasihat bila semakin kuning, kembali

Waspadai bila kadar bilirubin naik > 0,5 Mg/jam Coomb’s test

Tukar darah

(Pel. Kes Maternal dan Neonatal 2002)

6.4.5. Perdarahan Tali Pusat

Perdarahan Tali Pusat termasuk dalan golongan perdarahan yang terjadi pada saat sesudah bayi dilairkan. Perdarahan tali pusat disebabkan oleh karena pengikatan tali pusat yang tidak kencang. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengikatan ulang tali pusat dan pembarian vit K.

6.4.6. Kejang

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena ketidak matangan organisasi kortek pada bayi baru lahir. Kejang umum tonik klonik jarang pada bayi baru lahir. Manifestasi pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba mengis melengking, tonusnotot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang tidak menetu, nistagmus atau mata mengedip-ngedip, paroksisms, gerakan seperti mengunyah dan menelan (fenomenal oral dan dukal) bahkan apnu. Oleh karena manifertasi klik berbeda-beda dan berfariasi sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulanh-ulang dan periodik, harus difikirkan kemungkinan merupakan manifestasi kejang.

Etiologi

1. Komplikasi Perinatal

· Hipoksi Iskemak Ensepalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran.

· Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan persentasi bokong, ekstraksi cunam, ekstraksi vakum berat.

· Perdarahan intra kranial.

2. Kelainan Metabolisme

· Ketergantungan Piridoksin

· Kelainan metabolisme Asam Hipoglikemia

· Hipokalsemia

· Hipomagnesemia

· Hiponatremia

· Hipernatremia

· Hiperbillirubinemia

· Amino

3. Infeksi

· Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH

4. Ketergantungan Obat

5. Polisitemia

6. Penyebab yang tidak diketahui 3-25%

Penilaian

Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran.

· Riwayat Kehamilan

- Bayi kecil untuk masa kehamilan

- Bayi kurang bulan

- Ibu tidak disuntik TT

- Ibu menderita DM

· Riwayat Persalinan

- Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam ekstraksi vakum)

- Persalinan presipitatus

- Gawat janin

· Riwayat Kelahiran

- Trauma lahir

- Lahir asfiksia

- Pemotongan tali pusat dengan alat

· Pemeriksaan Kelainan Fisik Bayi Baru Lahir

- Kesadaran (normal, apatis somnolen, sopor, koma)

- Suhu tubuh (normal, hipotermia atau hipertermia)

- Tanda-tanda infeksi lainnya

· Penilaian Kejang

- Bentuk kejang

Gerakan bola mata yang abnormal, neitagmus, kedipan mata paroksisma, gerakan mengunyah, gerakan otot mka, timbulnya apnu yang episode, adanya kelemahan umum yang periodek, tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstremitas, tubuh kaku.

- Lama Kejang

- Apakah pernah tejadi sebelumnya

· Pemeriksaan Laboratorium

- Fungsi lumbal

- Fungsi subdural

- Gula darah

- Kadar kalsium (Ca++)

- Kadar magnesium

- Kultur darah

- TORCH

Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang :

· Tidak didapkan kelainan pandang dan pergerakan mata.

· Timbulnya karena stumulasi, sedangkan kejang biasanya spntan.

· Gerakan berupa tremor bukan hentakan klonik

· Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif.

· Pada umumnya disebabkan oleh hipokalsemia, hipoglikemia, hipoksi iskemik ensefalipati, drug with drawal.

Kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir.

KELAINAN FISIK

DIAGNOSIS BANDING

Kejang dengan kondisi :

· Biru, gagal nafas

· Trauma lahir pada kepala bayi

· Mikrosefali

· Perut buncit

· Hepatosplenomegali

· Mulut mencucu

· Anaoksia susunan saraf pusat

· Perdarahan otak

· Cacat bawaan

· Sepsis

· Sepsis

· Tetanus

Penanganan

Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:

· Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang. (misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)

· Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan ABCD Resusitasi)

· Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik yang ditemukan, bentuk kejang dan hasil laboratorium).

· Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dll).

Obat Anti Kejang

  • Diazepam

Dosis 0,1-0,3 mg/kg/bb iv disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan unuk digunakan pada dosis pemeliharaan.

  • Penobarbital

Dosis 5-10 mg/kg/bb iv disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit. Apabila kejang berlanjut, penobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal 20mg/kg/bb. Dosis pemeliharaan adalan 5-8mg/kg/bb/hr dibagi dalan 2 dosis.

  • Fenitoin (Dilantin)

Dosis 5-10 mg/kg/bb iv disuntikkan dalam 5-10 menir. Dapat diulangi lagi dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan fenobarbital dosis 10-20mg/kg/bb. Sebaiknya fenitoin diberikan 10-15mg/kg/bb iv pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg/bb iv atau oral dalam 2 dosis.

Penanganan Kejang Pada Bayi Baru Lahir

  • Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Partikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi dipertahankan 36,5 -37 oC.
  • Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung sampai nasofaring.
  • Bila bayi apnea. Dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan sungkup, diberi oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit.
  • Dilakukan pemasangan infus intravena dipembuluh darah feriper, ditangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit DM, dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikalis.
  • Bila infus sudh terpasang, diberi obat anti kejang diazapam 0,5 mg/kg. Supositoria per im setiap 2 menit sampai kejang teratasi kemudian ditambah lumunal (fenobarbital) 30mg im/iv.
  • Nilai kondisi bayi selama 15 mt. Perhatikan kelainan fisik yang ada.
  • Bila kejang sudah teratasi diberi cairan dekstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg/bb/hari.
  • Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran):

- Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit DM.

- Apakah kemungkinan bayi prematur.

- Apakah kemungkinan bayi asfiksia

- Apakah kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan bahan narkotika.

  • Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya:

- Darah tepi

- Elektrolit darah

- Gula darah

- Kimia darah(kalsium, magnesium)

- Kultur darah

- Pemeriksaan TORCH dll.

  • Bila ada kecurigaan kearah sepsis, dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal.
  • Obat diberikan sesuai hasil penilaian ulang.
  • Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.

- Bila masih kejang terus, diberi fenitoin(dilantin) dalan dosis 5 mg/kg/bb sebagai bolus iv diteruskan dalam dosis 2 mg/kg/bb iv setiap 12 jam.

- Untuk hipoglikemia.(hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi infus Dextrose 10%

- Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2ml/kg/bb dalam waktu 5-10 menit.

- Apabila belum teratasi juga diberi piridosin 25-50mg iv.

6.4.7. Hipotermia

Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5 oC-37,5 oC (suhu ketiak. Gejala awal hipotermia apabila suhu kurang 36 oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terba dingin maka bayi bayi sudah mengalami hipotermia sedang (shu 32 oC-36 oC).

Disebut hipotermia kuat apabila suhu tubuh < 32 oC. Untuk mengukur suhu Hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25 oC. Disamping sabagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.

Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya metabolik anaerobik, meningkatkan kebutukan oksigen, meningkatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir:

· Radiasi : Dari objek ke panas bayi.

Contoh: Timbangan bayi dingin tanpa alas

· Evaporasi : Karena penguapan cairan yang melekat pada kulit.

Contoh : Air ketuban pada tubuh bayi baru lahir tidak cepat dikeringkan.

· Konduksi : Panas tubuh diambil oleh suatu permuaan yang melekat di tubuh.

Contoh : Pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.

· Konveksi : Penguapan dari tubuh ke udara.

Contoh. Angin disekitar tubuh bayi baru lahir.

Penilaian Hipotermia Bayi Baru Lahir

Gejala Hipotermia Bayi Baru Lahir

· Bayi tidak mau minum/menetek

· Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

· Tubuh bayi teraba dingin

· Dalam keadaan berat, DJJ menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema).

Tanda-tanda Hipotermia Sedang (stress dingin)

· Aktivitas berkurang , letargis

· Tangisan lemah

· Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

· Kemampuan menghisap lemah

· Kaki teraba dingin

Tanda-tanda Hipotermia Berat (cedera dingin)

· Sama dengan hipotermia sedang

· Bibir dan kuku kebiruan

· Pernafasan lambat

· Pernafasan tidak tertur

· Bunyi jantung lambat

· Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik

Tanda-tanda Stadium lanjut Hipotermia

· Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

· Bagian tubuh lainnya pucat

· Kulit mengeras merah dan timbul odema terutama pada punggung kaki dan tangan (sklerema)

Penanganan Hipotermia Bayi Baru Lahir

· Bayi yang mengalamu hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi kedalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.

· Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalan menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada didalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) atau metode kangguru. Sebaiknya ibu mengunakan pakaian longgar berkancing depan.

· Bila tubuh bayi masin dingin gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

· Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80ml/kg/hari.

6.4.8. Hipertermia

Hipertemi disebabkan lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan didekat api atau ruangan yang berudara panas.

Penilaian Hipertermia Bayi Baru Lahir

Tanda dan Gejala Bayi Baru Lahir

· Suhu tubuh bayi >37,5 oC

· Frekuensi pernafasan bayi >60/menit

· Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit berkurang, banyaknya air kemih berkurang.

Penanganan Hipertermia Bayi Baru Lahir

· Bayi dipindahkan keruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar 26-28 oC.

· Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal (jangan menggunakan air es).

· Berikanlah cairan dextrose: NaCl = 1:4 secara iv sampai dehidrasi teratasi.

· Antibiotikka diberikan apabila terjadi infeksi.

6.4.9. Hipoglikemi

Hipoglikemi adalah kadar gula darah kurang dari 30 mg % pada bayi cukup bulan dan kurang dari 20mg% pada BBLR.

Hipoglekemia pada bayi baru lahir dibagi dalam empat golongan yaitu:

1. Bayi dari ibu yang menderita DM, pra DM, dan eritroblastosis berat.

2. Bayi yang menderita gangguan nutrisia atau gizi kurang intra uterin.

3. Bayi yang sangat imatur, yang rentan terhadap komplikasi syndrom gangguan parnafasan atau asfiksia dan mebutuhkan metabolisme yang lebih tinggi dari pada kemampuan yang ada pada bayi tersebut.

4. Golongan terkecil ditemukan dan termasuk defek negatif atau temasuk defek perkembangan seperti galaktosemia, penyakit penimbunan glikogen, kepekaan terhadap leusin, insulinismus dan gangguan metabolik dan gangguan anatomis lain.

6.4.10. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1 bulan). Tetanus merupakan penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal.

Penyebab tetanus neonatorum adalah Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang terjadi pada saat pemotongan tali pusat bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (lepasnya tali pusat).

Masa inkubasinya adalah 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi.

Kekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari penyakit tetanus tidak berate seseorang atau bayi selajutnya kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup merangsang tubuh penderita dalam bentuk zat antibody terhadap tetanus. Oleh karena itu bayi penderita tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat diagnosis atau setelah sembuh.

TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus seperti difteri, antibody tetanus temasuk dalam golongan Igg yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melali aliran darah janin keseluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis) jarak pemberian TT partama dan kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kada antibody tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval pemberian TT pertama dan kedua, serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibody tertanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibody tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.

TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan Imunisasi tidak didapatkan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi.

Tanda dan Gejala

· Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang otot rahang dan faring(tenggorokan).

· Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan.

· Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.

· Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penanganan

· Mengatasi kejang dengan memnerikan suntikan anti kejang.

· Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel lidang dibungkus kain untuk mencegah lidah tergigit.

· Mencari tampat masuknya spora tetanus, umumnya ditali pusat atau ditelinga.

· Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan Antibiotika.

· Perawatan yang adekuat: kebutuhan oksigen, makan, keseimbangan cairan dan elektrolit.

· Penderita/bayi ditempatkan dalam kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat bayi sangat peka terhadap suara dan cahaya yang dapat merangsang kejang.

6.4.11. Penyakit yang Dideria Ibu Selama Kehamilan

Bayi baru lahirdari ibu yang menderita penyakit seperti Hepatitis B, Tuberkulosis (TBC), Diabetes atau Sifilis kemungkinan besar akan mengalami masalah beberapa waktu setelah lahir, meskipun tampak normal waktu lahir.

Ibu Dengan Hepatitis B

Ibu yang menderita hepatitis akut selama hamil atau tes serologis HBsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya :

· Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml IM segera setelah lahir (sebaiknya dalam 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis.

· Bila tersedia, berikan Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 ml) IM disuntikkan pada paha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam atau paling lambat 48 jam setelah lahir.

· Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya.

Ibu Dengan Tuberkulosis

· Bila ibu menderita Tuberkulosis paru aktif dan mendapat pengobatan kurang dari 2 bulan sebelum melahirkan, atau didiagnosis TBC setelah melahirkan:

- Jangan diberi vaksin BCG saat setelah lahir

- Berikan profilaksis Isoniazid (INH) 5 mg/kg sekali sehari secara oral

- Pada umur 8 minggu lakukan evaluasi kembali, catat barat badan dan lakukan pemeriksaan tes Mantoux dan radiologi bila memungkinkan. Bila ditemukan kecurigaan TBC aktif, mulai berikan pengobatan anti TBC lengkap (sesuaikan dengan program pengobatan TBC pada bayi dan anak dan kirim kepusat layanan kesehatan setempat), bila bayi baik dan hasil tes negatif, lanjutkan pencegahan dengan isoniazid selama waktu 6 bulan.

· Tanda pemberian vaksin BCG sampai 2 minggu setelah pengobatan selesai. Bila vaksin BCG sudah terlanjur diberikan, ulang pemberiannya 2 minggu setelah pengobatan INH selesai.

· Yakinkan ibu bahwa AS tetap boleh diberikan

· Lakukian tindak lanjut terhadap bayinya tiap 2 minggu untuk melihat kenaikan berat bayi.

Ibu Dengan Diabetes

Bayi lahir dengan Diabetes Melitus, beresiko untuk terjadi hipoglikemia pada 3 hari pertama setelah lahir, walaupun bayi sudah dapat minum dengan baik.

· Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan lebih sering, paling tidak 1 kali sehari, siang dan malam.

· Bila bayi berumur kurang dari 3 hari, amati sampai umur 3 hari.

- Periksa kadar glukose pada saat bayi datang atau pada umur 3 jam, tiga jam pada pemeriksaan pertama, kemudian tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai kadar glukose dalam batas normal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut.

- Bila kadar glukose kurang 45 mg/dl atau bayi menunjukkan tanda hipoglikemi (tremor atau letargi), tangani untuk hipoglikemi.

- Bila dalam pengamatan tidak ada tanda hipoglikemi atau masalah lain, bayi dapat minum dengan baik, pulangkan bayi pada hari ke 3.

· Bila bayi berumur 3 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, bayi tidak perlu pengamatan. Bila bayi dapat minum baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.

Ibu Dengan Sifilis

· Bila hasil tes pada ibu positif dan sudah diobati dengan Penisilin 2,4 juta unit dimulai sejak 30 hari sebelum melahirkan, bayi tidak perlu diobati.

· Bila ibu tidak diobati atau diobati secara tidak edekuat atau tidak diketahui status pengobatannya, maka:

- Beri bayi Benzythine Benzylpenicillin IM dosis tunggal (lihat dosis pemberian antibiotika)

- Beri ibu dan bapaknya Benzythine Benzylpenicillin 2,4 juta unit IM dibagi dalam dua suntikan pada tempat yang berbeda.

- Rujuk ibu dan bapaknya ke rumah sakit yang melayani penyakit menular seksual untuk tindak lanjut.

· Lakukan tindak lanjut dalam 4 minggu untuk memeriksa pertumbuhan bayi dan memeriksa tanda-tanda sifilis kongenital pada bayi.

- Cari tanda-tanda sifilis kongenital pada bayi (edema, ruam kulit, lepuh ditelapak tangan/kaki, kondiloma di anus, rinitis, hidrops fetalis/hepatosplenomegali)

- Bila ada tanda-tanda diatas, berikan terapi untuk sifilis kongenital.

· Laporkan kasusnya ke Dinas Kesehatan setempat.

Ibu Dengan Malaria

Bayi yang lahir dengan ibu malaria, dapat mengalami prematur, berat lahir rendah, kecil masa kehamilan, demam, masalah minum, iritabel, hepatosplenomegali, ikterus, anemia.

· Anjurkan ibu tetap menyusui bayinya

· Periksa hapusan darah terutama Plasmodium Falsiparum, bila hasil negatif maka tidak perlu pengobatan, dan bila hasil positif obati dengan anti malaria.

· Ibu hamil yang menderita malaria, bayinya beresiko menderita Malaria Kongenital.

- Periksa adanya tanda-tanda malaria kongenital (misal ikterus, hepatosplenomegali, anemia, demam, masalah minum, muntah), gejala malari kongenital sangat sulit dibedakan dengan gejala malaria yang didapat.

- Gejala dapat timbul 14 jam sampai 8 minggu setelah lahir.

· Berikan Klorokuin basa 10 mg/kg per oral, dilanjutkan 5 mg/kg 6 jam kemudian selanjutnya 5 mg/kg 12 jam dan 24 setelah pemberian pertama.

Jangan memberi kina pada bayi dibawah umur 4 bulan, memngingat efek samping menimbulkan hipotensi.

7.1. Imunisasi Dasar Dan Imunisasi Ulang

Kegiatan imnisasi di Indonesia dimulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar dimulai pada tahun 1956. pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Selanjutnya mulai dikembangkan vaksinasi antara cacar dan BCG. Pelaksanaan vaksinasi ini ditetapkan secara nasional pada tahun 1973. Bulan April 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Pada tahun (1971) juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewsa di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tahun 1976 mulai dikembangkan imunisasi DPT di beberapa kecamatan yang didahului oleh Pulau Bangka di Sumatra Selatan. Tahun 1977 ditentukan sebagai fase persiapan Pengembagan Program Imunisasi (PPI). Tahun 1980 program imunisasi rutin terus dikembangkan dengan memberikan tujuh jenis antigen yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, TT dan DT.

Sepuluh tahun kemudian, tahun 1990 Indonesia berhasil mencapai UCI (Universal Child Immunization ) dan cakupan merata secara nasional pada tahun 1993. langkah selanjutnya untuk membasmi penyakit folio dan komitmen global tentang Eradikasi polio maka Indonesia melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional selama 4 tahun mulai tahun 1995, 1996, 1997, 2002. selain PIN antara 1999 – 2002 juga telah dilakukan beberapa kali Pekan Imunaisasi Sub Nasional (Sub PIN). Jumlah sasaran yang diimunisasi makin bertambah banyak dengan adanya tambahan kegiatan imunisasi yang meliputi imunisasi pada anak Sekolah untuk DT dan TT yang dikenal dengan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). TT pada wanita usia subur (WUS), crash program pada balita maupun catch up campaign campak pada anak Sekolah yang dilanjutkan dengan BIAS Campak. Perkembangan kegiatan imunisasi semakin maju dengan adanya uniject (ADS-PID=Auto disable syringe Prefill Injection Device), yang mendukung pelaksanaan suntikan yang (safe injection) dan mampu menghemat vaksin karena uniject merupakan kemasan tanggal. Selanjutnya vaksin tetravalent, yaitu kombinasi vaksin DPT dan HB akan dikembangkan secara bertahap mulai tahun 2004 di 4 Propinsi (DIY, NTB, Jatim, Bangka Belitung) dengan target sasaran 20%, tahun 2005 target sasaran 50% dan tahun 2006 target sasaran secara nasional terpenuhi.

Vaksin merupakan unsur biologis yang mempunyai karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan rantai vaksin secara khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau bahkan menghilangkan potensi bahkan dapat memberikan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila diberikan kepada sasaran. Kerusakan vaksin akan mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa (KLB).

Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Adanya berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze Watch atau Freeze-tag serta Time Temperature Monitor (TTM) sangat membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini. Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti Hepatitis B, DPT, dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.

Oleh sebab itu diperlukan pedoman yang dapat membantu para pengelola program imunisasi di setiap tingkatan untuk mengelola vaksin secara benar sehingga dapat mencegah pembekuan dan paparan panas yang berlebih pada vaksin di wilayah kerja masing-masing.

Pengertian

Pengelolaan rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalam lingku ini, proses pembuata vaksin di pabrik tidak dimasukkan dalam petunjuk teknis karena telah memiliki prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai ketentuan dari WHO dan persyaratan dari Badan pengawasan Obat dan makanan (POM).

Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalaan tubuh seseorang. Rantai vaksin adalah suatu proseduar yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberiannya (disuntikkan atau diteteskan)

JENIS DAN SIFAT VAKSIN

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman ( bakteri, virus atau riketsia ) atau racun kuman (toxoid) yang telah di lemahkan atau di matikan dan akan menimbulkan kekebalan spesipik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Jenis-jenis Vaksin dalam Program Imunisasi

Vaksin-vaksin yang saat ini di pakai dalam program imunisasi rutin di Indonesia adalah :

1. Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerinne )

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.

Kemasan :

· Kemasan dalam ampul, beku kering. 1 box berisi 10 ampul vaksin.

· Setiap 1 ampul vasin dengan 4 ml pelarut.

Cara pemberian dan dosis:

· Sebelum di suntikan vaksin BCG harus di larutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril ( ADS 5 ml )

· Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali.

· Disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

( insero musculus deltoideus ), dengan menggunkan ADS 0,05 ml).

· Vaksin yang sudah di larutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

Kontraindikasi :

· Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya.

· Mereka yang sedang menderita TBC.

Efek samping :

Imunisasi BCG tidak menyebabkan raeksi yang bersifat umum seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerdekaan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang – kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendiri.

2. Vaksin DPT

Vaksin jerap DPT (Idifteri partusis tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri yang telah diinaktivasi.

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusius dan tetanus.

Kemasan :

· Kemasan dalam vial.

· 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.

· 1 vial berisi 10 dosis

· vaksin berbentuk cairan.

Cara penberian dan dosis

· sebelum di gunakan vaksin harus harus di kocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen

· di suntikan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis

· dosis pertama di berikan kepada umur 2 bulan, dosis selanjutnya di berikan dengan interval paling cepat 4 minggu ( 1 bulan )

· di unit pelayanan statis, vasin DPT yang telah di buka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1. vaksin belum kadaluwarsa,

2. vaksin dismpan dalam suhu 2oC – 8oC,

3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga

5. WM masih dalam kondisi A atau B.

· Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk lari berikutnya.

Efek Samping :

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjada 24 jam setelah imunisasi.

Kontraindikasi :

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir stau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

3. Vaksin TT

Vaksin jerap TT (Tetanus Takoid) adalah vaksin yang mengandung taxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0.5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Diperhgunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau Ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi.

(Vademecum Bio Farma Jan 2002)

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.

Kemasan :

· 1 box vaksin terdiri dari 10 Vial

· 1 Vial berisi 10 dosis

· Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.

Cara pemberian dan dosis :

· Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

· Untuk mencegah tetanus/ tetanus neonatal terdiri dari dosis primer yang disuntikan secara intramaskuler atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan Kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimerter pertama.

· Di Unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa,

2. Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8oC,

3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga,

5. WM masih dalam kondisi A atau B

· Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Efek samping :

Efek samping jarang terjasi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Kontra indikasi :

Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT

3. Vaksin DT

Vaksin jerap DT (Defteri dan Tetanus) adalah vaksin yang mengandung taxoid difentri dan tetanus yang telah dimurnikan.

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.

Kemasan :

· 1 box vaksin terdiri dari 10 Vial

· 1 Vial berisi 10 dosis

· Vaksin DT adalah vaksin yang berbentuk cairan.

Cara pemberian dan dosis :

· Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

· Disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun untuk usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.

· Di Unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa,

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2o - 8oC,

3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga,

5. WM masih dalam kondisi A atau B

· Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Efek samping :

Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

Kontra indikasi :

Gejala-gejala berat karena dosis pertama DT.

5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)

Vaksin Oral Poli hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

(Vademecum Bio Farma Jan 2002)

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poloimyelitis.

Kemasan :

· 1 box vaksin terdiri dari 10 Vial

· 1 Vial berisi 10 dosis

· Vaksin Polio adalah vaksin yang berbentuk cairan.

· Setiap vial vaksin folio disertai 1 buah penetes (dropper) terbuat dari bahan plestik.

Cara pemberian dan dosis :

· Diberikan secara oral (melalui mulut) 1 dosis atau 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.

· Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.

· Di Unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu, dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa,

2. Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8oC,

3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga,

5. WM masih dalam kondisi A atau B

· Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Efek samping :

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping hanya berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17:1.000.000; Bull WHO 66:1988).

Kontraindikasi :

Para individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

6. Vaksin Campak

Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dolemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.

(Vademecum Bio Farma Jan 2002)

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Kemasan :

· 1 box vaksin terdiri dari 10 Vial

· 1 Vial berisi 10 dosis

· 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml

· Vaksin ini berbentuk beku kering.

Cara pemberian dan dosis :

· Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.

· Dalam pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (keas 1 SD) setelah catch-up campaign. Campak pada anak Sekolah dasar kelas 1-6.

Efek samping :

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari.

Kontraindikasi :

Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphorna.

7. Vaksin Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinant yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula Polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.

(Vademecum Bio Farma Jan 2002)

Indikasi :

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

Kemasan :

· Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan

· Vaksin hepatitis B terdiri dari 2 kemasan:

· Kemasan dalam Prefill Injection Device (PID)

· Kemasan dalam vial

· 1 box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID

· 1 box vaksin hepatitis B Vial terdiri dari 10 Vial @ 5 dosis.

Cara pemberian dan dosis :

· Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

· Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, pemberian suntikan secara intra maskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.

· Pemberian sebanyak 3 dosis.

· Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)

Untuk Hepatitis B Vial:

· Di Unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :

1. Vaksin belum kadaluarsa,

2. Vaksin disimpan dalam suhu 2o - 8oC,

3. Tidak pernah terendam air

4. Sterilitasnya terjaga,

5. WM masih dalam kondisi A atau B

· Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Efek samping :

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyumtikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Kontraindikasi :

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.

8.Vaksin DPT-HB

Vaksin mengandung DPT berupa toksoid, difteri, dan teksoi tetanus yang di murnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.

Indikasi :

· Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B.

Kemasan :

· 1 box vaksin DPT-Hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis

· Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DP.

Cara Pemberian dan Dosis :

· Pemberian dengan cara intra muskuler, 0,5 ml sebanyaj 3 dosis

· Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan)

· Di unit pelayanan status, vaksin DPT-HB yang telah dibuja hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan:

1.Vaksin Belum kadaluwasa

2.Vaksin di simpan dalam suhu +20C-+80C

3.Tidak pernah terendam air

4.Sterilitasnya terjaga

5.WM masih dalam kondisi A atau B

· Sedangkan diposyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar